Reportase PGF 2017

Sesi Oral Presentation

Hari Ke - 2, 21 Juli 2017
Thailand


Room 1

Sesi presentasi oral di hari kedua PGF ke-11 berlangsung selama 1,5 jam dengan menghadirkan 6 presenter dari Indonesia, China dan Myanmar. Presenter pertama adalah Thida, mahasiswa Prince of Songkla University yang menyajikan hasil penelitiannnya mengenai ‘Disparitas antara Utilisasi dan Harapan dalam Pelayanan Kesehatan Ibu’. Studi ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel ibu pasca-melahirkan 6 bulan dan mengambil tempat di 3 lokasi di Myanmar. Temuan utama dari studi ini adalah bahwa disparitas terbesar terletak pada pelayanan pengukuran Hb darah, uji protein pada urine dan pemberian suplementasi zat besi. Secara keseluruhan, tingkat utilisasi dan harapan terhadap pelayanan antenatal dan melahirkan di fasilitas kesehatan juga masih cukup rendah.

Disajikan oleh Faisal Mansur dari PKMK FK UGM, presentasi kedua berjudul ‘Rendahnya Penggunaan Fasilitas Kesehatan di Daerah Terpencil: Suatu Masalah Kebijakan atau Implementasi?’. Studi yang dilakukan di Kota Tidore di Provinsi Maluku Utara ini menemukan bahwa hanya 39% dari 134 Puskesmas di seluruh Maluku Utara yang memiliki dokter. Wawancara dengan Kepala Puskesmas, Dinas Kesehatan Kota dan Provinsi kemudian dilakukan untuk mengetahui mengapa dokter sangat sulit bertahan di Tidore. Beberapa alasan yang dominan adalah dokter hanya menggunakan kesempatan bekerja di daerah terpencil sebagai syarat untuk menerima STR, kurangnya fasilitas kesehatan yang tersedia, gaji yang sering terlambat dibayarkan serta tidak adanya jenjang karir yang jelas bagi dokter. Dari hasil tersebut, Faisal menyimpulkan bahwa peran pemerintah sejauh ini baru sampai pada menyediakan kebijakan dan belum mampu melakukan pengawasan terhadap implementasi dari kebijakan tersebut.

Selanjutnya, Dwi Endah, mahasiswa dari UGM menyampaikan temuan studinya mengenai ‘Pembelajaran dari Klinik Sosial Rumah Zakat bagi Masyarakat Miskin yang Tidak Terlindungi JKN’. Dengan pendekatan kuantitatif dan desain cross sectional, penelitian ini dilakukan di 9 Klinik Sosial Rumah Zakat yang tersebar di Indonesia dan menyimpulkan bahwa keberadaan fasilitas gratis semacam ini sangat bermanfaat untuk menolong masyarakat miskin yang sangat membutuhkan pelayanan kesehatan tetapi tidak menerima kartu JKN.

Presentasi keempat mengambil tema ‘Evaluasi Dimensi Kualitatif terhadap Pelayanan TB’ disajikan oleh Rahmat Bakhtiar dari Universitas Mulawarman. Dengan mengambil 104 sampel pasien TB paru dari 22 Puskesmas di Kota Samarinda, penelitian ini menemukan bahwa secara keseluruhan, pasien cukup puas dengan pelayanan yang diterima. Aspek terpenting dalam pelayanan pasien TB adalah komunikasi interpersonal yang baik, pemberian informasi yang tepat serta kompetensi profesional dari petugas kesehatan.

Tema presentasi selanjutnya adalah ‘Akseptabilitas terhadap Sistem Pembayaran Kapitasi’ yang dibawakan oleh Likke Prawidya Putri dari PKMK FK UGM. Dengan menggunakan indikator dari Consolidated Framework for Implementation Research (CFIR), penelitian kualitatif ini tiba pada kesimpulan bahwa sistem pembayaran kapitasi di Indonesia masih belum dapat diterima (not acceptable) di sebagian besar daerah. Meskipun demikian, peran pemimpin yang baik di tingkat daerah, baik dari Bupati, Kepala Dinas Kesehatan maupun Kepala Puskesmas sangatlah penting untuk meningkatkan akseptabilitas terhadap pembayaran kapitasi.

Presenter terakhir adalah Hongye Luo dari China, yang juga merupakan mahasiswa Prince of Songkla University. Karena kasus penyakit jiwa cukup tinggi di China, Luo meneliti mengenai ‘Tingkat Utilisasi Pasien Jiwa’ pada 3 lokasi di Provinsi Guang Xi dan mendapati angka yang rendah, yakni hanya sebesar 17%. Beberapa penyebabnya antara lain adalah kurangnya kesadaran pasien/keluarga untuk mencari pengobatan, kendala ekonomi pasien dan kurangnya kepercayaan terhadap tenaga/fasilitas kesehatan yang tersedia.

pdf icon Materi

 


Oleh: Yanti Leosari(PKMK FK UGM)

 

Room 2

Conflicts in Yemen exarcebate lost to follow up rates of people living with HIV

MayadaPenelitian Mayada Faisal menunjukkan bahwa sejak permulaan konflik di Yemen (2011) terdapat banyak pasien yang kehilangan follow up (sejak didiagnosis dengan HIV dan memulai treatment ART) yang tentu saja meningkatkan morbiditas dan mortalitas, khususnya di Sana’a, Taiz dan Aden (daerah pusat konflik) khususnya pasien lelaki. Sistem tracking yang ada selama ini gagal berfungsi karena akibat konflik tidak tersedia listrik di kota-kota yg terkena konflik. Rekomendasi yang diberikan adalah adanya rencana kontingensi untuk situasi konflik untuk tetap melakukan pemantauan treatment terhadap pasien dengan penyakit yang membutuhkan penanganan jangka panjang. Di Negara-negara rawan konflik, perlu dipikirkan beberapa scenario untuk pemantauan dan pelayanan kesehatan agar tetap tersedia dalam situasi yang buruk sekalipun.

Determintants of effectiveness of assisted reproductive technology: analysis of outcomes in a private hospital in Saudi Arabia

Faisal AlmaslamiFaisal AlmaslamiPenelitian Faisal Almaslami menunjukkan bahwa outcome layanan assisted reproductive technology di sebuah rumah sakit swasta mengindikasikan bahwa penggunaan sperma ‘segar’ (bukan yg dibekukan) memliki kemungkinan lebih besar untuk tingkat keberhasilan, namun usia wanita yang akan hamil sangat menentukan. Rekomendasi yg diberikan adalah tidak menyediakan layanan kepada wanita berumur lebih dari 45 tahun. Selain itu, direkomendasikan konseling kepada pasangan yang menghendaki layanan ini untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan. Perlu dicatat bahwa layanan ini 3-4 kali lebih murah daripada di Negara-negara Barat (di Saudi Arabia biayanya kurang dari USD7000).

Comparison of expectation and perception among patients attending health care among traditional Mongolia, Traditional Chinese and Western medicine in Inner Mongolia of China

Li MinLi MinPenelitian Li Min menyoroti berbagai jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di Inner Mongolia yang bersifat co-existent, yaitu sistem pengobatan tradisional Mongolia, pengobatan tradisional Cina, dan pengobatan ala Barat. Dari sisi infrastruktur, tidak terlihat perbedaan yang nyata (misalnya: bangunan rumahsakitnya) sehingga tidak mempengaruhi persepsi pasien.Penelitian ini berusaha membandingkan ketiga jenis pelayanan tersebut dengan framework servqual. Namun ternyata pasien pengobatan ala Barat memiliki ekspektasi yang lebih besar, namun persepsinya lebih rendah. Sementara, gap antara persepsi dan ekspektasi pasien pengobatan tradisional Cina dan pengobatan tradisional Mongolia sangat kecil (artinya, mereka puas). Ekspektasi terhadap pengobatan tradisional Mongolia cukup tinggi, sehingga direkomendasikan untuk membangun lebih lanjut infrastruktur untuk layanan ini (sekolah pengobatan tradisional Mongolia, rumahsakit dan tenaga SDMnya). Jadi, di Negara yang mendukung tersedianya layanan pengobatan tradisional, sistem kesehatan yang terintegrasi (antara pengobatan ala Barat dan pengobatan tradisional) dapat sama-sama berkontribusi terhadap pemberian layanan yang berkualitas.

Evaluation of Middle East respiratory syndrome preparedness and response in Qatar

Shafik Al – mahbashiShafik Al – mahbashiPenelitian Shafik Al – mahbashi mengindikasikan bahwa tenaga kesehatan perlu mendapatkan pelatihan lanjutan untuk lebih aware akan kasus MERS dan juga dibutuhkan kerjasama dengan koperasi pemilik unta untuk melaporkan kasus-kasus MERS di ternak mereka. Untuk menghindari epidemic lebih lanjut, dibutuhkan pula sistem surveilans dan teknologi untuk surveilans, termasuk sistem yang terintegrasi dengan program pengendalian penyakit. Sistem kesehatan perlu meningkatkan preparedness termasuk memiliki signpost untuk memperbaiki sistem deteksi dan evaluasi pasien baik rajal mau pun ranap yang terjangkit MERS. Bahkan perlu kerjasama dengan individu (pemilik ternak) dan juga sektor lain (peternakan, misalnya). Begitu pula peralatan laboratorium dan panduan teknis penanganan MERS perlu ditingkatkan.

Work team programs supporting expanding maternal and neonatal survival in reducing maternal mortality rate in Banyumas district, Indonesia

Yuditha NindyaYuditha NindyaPenelitian Yuditha Nindya merupakan deskripsi apa yang dilakukan oleh EMAS di Banyumas, yang bertujuan untuk meningkatkan layanan KIA khususnya emergency program, sistem rujukan, penggunaan teknologi informasi dan pemberdayaan masyarakat. Penggunaan SIJARIEMAS (yg dapat diunduh ke telepon genggam) diindikasikan sangat membantu sistem rujukan yang lebih praktis. Aplikasi ini diindikasikan membantu menurunkan kematian ibu di Banyumas dari 114 kematian (2012) menjadi 87 kematian (2016) per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini diduga karena penggunaan aplikasi SIJARIEMAS mempercepat proses rujukan yang mengurangi risiko kematian akibat keterlambatan merujuk. Perlu dicatat bahwa SIRAJIEMAS baru berlaku di rumah sakit pemerintah. Dan perlu diingat pula bahwa SIJARIEMAS hanya mengatasi delay yang terkait keterlambatan merujuk, tetapi tidak mengatasi delay karena transport dan delay mengambil keputusan untuk mencari layanan tenaga kesehatan.

Profile of e-cigarette users among university students and health related issues

Izzah Syazwani AhmadIzzah Syazwani AhmadPenelitian Izzah Syazwani Ahmad menunjukkan bahwa dari 1320 respondent di UKM, kebanyakan adalah 21-25 tahun, lelaki, dan berpendidikan tinggi, menggunakan baik rokok mau pun vape, serta mendapatkannya dari penjual komersial khususnya buatan local. Mereka memahami bahwa vape juga mengandung nikotin namun tidak terlalu memahami kandungan lain (termasuk yg berbahaya) yang ada di dalamnya. Rekomendasi yang diberikan adalah meningkatkan kampanye mass media termasuk media social yang menjangkau kelompok usia muda khususnya mengenai bahaya dan risiko kesehatan yang terkait dengan penggunaan vape. Penelitian ini didanai oleh Kementrian Pendidikan Tinggi Malaysia.


Oleh: Shita Dewi (PKMK FK UGM)

 

Room 3

Cost of Diagnostic Laboratory service using activity based costing at University Kebangksaan Malaysia Medical Centre
By Roszita Ibrahim

Roszita IbrahimRoszita IbrahimRoszita Ibrahim memulai presentasi dengan menunjukkan kelemahan pada informasi mengenai biaya laboratorium. Dengan 17 penyakit yang dilayani di UKMMC akan dilihat seberapa banyak biaya yang dikeluarkan. Chemical Pathology menjadi kasus terbanyak. Maka kasus ini akan dihitung dengan biaya berbasis aktifitas (Activity Based Costing). Yaitu teknis penghitungan secara akuntansi berbasis pada kegiatan dengan biaya yang ada. Dari literatur review, sedikit sekali menggunakan metode ini. Maka penting sekali penghitungan biaya aktual dalam pelayanan laboratorium di UKMMC. Metodolgi penelitian menggunakan data Jan-Dec 2013 di laboraturium UKMMC. Penggalian data menggunakan form microcosting untuk mendapatkan data biaya. Komponent yang dilihat yaitu Human Resources, Consumables, Equipment, Reagent, Asmin, Maintenance, and Utlities. Dari semua komponent tersebut berapa biayanya. Dan terbukti setelah penghitungan biaya yang paling tinggi yaitu Reagent sebesar 68%.

Kesimpulannya adalah beberapa biaya di laborat tinggi untuk beberapa komponen tertentu telah berhasil diitung. Pengelompokan jenis penyakit juga mempengaruhi tingginya biaya pada komponen yang dibutuhkan. Pada penelitian ini biaya yang paling tinggi yaitu di unit Cytogenetic dengan komponen tertentu, berbeda di unit molecular genetic, biaya yang tinggi ada di komponen HR yaitu 89%. Dan juga berbeda di unit molecular biology ,biaya komponen tertingginya adalah Reagent 68%.

Health Equity Monitoring Through Index of Multiple Deprivation: a Pilot Study in Phitsanulok, Thailand
By Sila Tonboot

Sila TonbootSila TonbootSila Toonboot memulai presentasi yaitu dengan menjelaskan bahwa penelitian ini muncul karena berkaitan dengan sosial econimics suatu populasi. Tujuannya untuk mengembangkan monitoring inequality index di Phitsanulok Thailand. Provinsi Phitsanulok merupakan salah satu provinsi di Thailand dengan geografik banyak pegunungan. Banyak populasi yang tinggal di daerah pegunungan. Provinsi ini memiliki 2 RS 1 RS Pendidikan dan 1 RS Umum. Total populasi 851.357. Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan domain of deprivation dengan memilih indikator yang dapat digunakan untuk mengukur setiap domain. Kemudian di combine antar indikator dari score yang telah dibuat dari form domain. Domain yang digunakan yaitu: Income, Employment, Health, Education, Social and Environment, Crime and Road Accident. Setiap domain diberikan penjelasan untuk setiap kota di Provinsi Phitsanulok. Hasilnya bahwa setiap indikator men

Kesimpulannya yaitu indikator yang digunakan merupakan yang berperan dan berefek pada index. Hasil temuan yaitu tingginya beberapa indikator karena pengaruh dari domain.

The Development of Cost and Nursing Service Weights for Malaysia Diagnosis Related Groups in Universiti Kebangsaan Malaysia Medical Centre
By Nor Haty Hassan

Nor Haty HassanNor Haty HassanNor Haty Hassaan memulai presentasi dengan pelayanan keperawatan dimana aktifitas seringkali membutuhkan atau diperhitungkan dengan biayanya. Pelayanan keperawatan sangat menarik untuk dilihat komponen biayanya dan belum ada bukti yang menunjukkan bahwa seberapa banyak atau berapa biaya yang dibutuhkan sebenarnya untuk kegiatan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk berkontribusi pada penghitungan biaya keperawatan, penganggaran rumah sakit dan reimburstment. Metodologi nya menggunakan perhitungan biaya perawat dan beban kerja keperawatan yang dipadukan dengan activity based costing. Data yang digunakan tahun 2009-2012 pada data MY-DRG grouper. Menggunakan step down costing template. Variable yang dilihat yaitu Human Resource Departmen, Administration, Maintenance, dll. Penggunaan step atau phase untuk melakukan penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan di fase 2. Sepeprti menetukan jenis aktifitas keperawata, kategori pelayanan dalan lainnya. Dalam penghitungan biaya keperawatan komponen seperti time pelayanan nursing, dihitung per menit selama 24 jam. Biaya tinggi yang dihasilkan di departemen Nursing bisa dihitung dengan Grouping DRG, dan hasil ini dapat dimanfaatkan untuk penganggaran dan manajemen Rumah Sakit.

Unutilized Capitation: How Should Puskesmas Managed that Fund?
By Budi Eko Siswoyo

Budi Eko SiswoyoBudi Eko SiswoyoBudi Eko memulai presentasi dengan mengutarakan latarbelakang kapitasi di Indonesia. Dimana kapitasi merupakan 54% dari dana JKN dan penting untuk di monitoring dan dievaluasi. Tujuannya untuk melihat bagaimana pengelolaan dana yang tidak digunakan dari dana kapitasi di puskesmas. Metodenya data yang digunakan 2014-2016 di 26 kabupaten. Ada 2 tipe Puskesmas di Indonesia yaitu BLUD dan Non BLUD. Aliran keuangan di Puskesmas BLUD dan Non BLUD berbeda, dimana BLUD lebih rumit dari pada Non BLUD. Model perencanaan dan penganggaran di Puskesmas juga banyak tantangannya. Tidak semua perencanaan dan penganggaran dapat di buat dnegan baik karena kapasitas personel yang terlibat dalam administrasi juga merupakan tenaga kesehatan. Tantangan berikutnya yaitu penyerapan anggaran yang rendah, penganggaran yang tidak disahkan tepat waktu dan kurangnya tenaga adminsitrasi. Model penyerapan anggaran di BLUD dan Non BLUD juga berbeda. Puskesmas BLUD lebih simple dan flexible. Tetapi untuk Puskesmas Non BLUD membutuhkan beberapa langkah yang rumit. Tantangan terbesar untuk administrasi yaitu karena kapasitas tenaga keuangan di Puskesmas yang tidak sesuai dengan kompetensinya.

Kesimpulannya yaitu perlu adanya distribusi kepesertaan JKN, penguatan regulasi ditingkat kabupaten, dan peningkatan dana untuk promotif preventif.

Are Malaysian People Willing To Pay More For Their Health Care
By Azimatun Noor Aizuddin

Azimatun Noor AizuddinAzimatun Noor AizuddinAzimatun mengatakan pembiayaan kesehatan menjadi tantangan terbesar, karena dengan turunnya ekonomi negara tentunya akan mempengaruhi pembiayaan kesehatan, apalagi dengan kurangnya sumber daya. Sekarang pembiayaan kesehatan dari dana pemerintah bersumber pajak. Masalahnya adalah besarnya biaya pelayanan kesehatan. Iur biaya 1 ringgit yang diberlakukan oleh Pemerintah Malaysia dari 4 tahun lalu sampai sekarang belum pernah direvisi. Tujuan penelitian ini untuk melihat kemauan masyarakat malaysia dalam membayar pelayanan kesehatan pada RS Pemerintah atau RS Swasta. Metodologi penelitian ini yaitu cros sectional dengan data yang digunakan anatara Feb-Sept 2014. Sampel yang digunakan yaitu 1154 sampel. Dengan mengelompokkan 4 zona, dilakukan interview mendalam, serta menggunakan data sekunder. Validasinya dengan berdiskusi dengan tenaga ahli. Hasil penelitian dari 67% diiterview responden dengan 774 rumah tangga. Dengan umur 19-87 tahun.

Hasil penelitiannya yaitu Pendapatan RT RM200 – RM28,600, mediannya RM2500. WTP untuk pelayanan kesehatan milik pemerintah yaitu dengan mean RM 2.76 dengan median RM2. Untuk pelayanan kesehatan di swata yaitu RM 29.5 dengan Median RM30. WTP yang dipilih jika pelayanan kesehatan di RS Pemerintah.

Kesimpulannya bahwa WTP bisa digunakan untuk RS Pemerintah dan tidak untuk RS Swasta karena tingginya biaya RS Swasta. Juga perlu dilihat indikator umur dalam perhitungan WTP

Accessibility To Recombinant Tissue Plasminogen Activator (rtPA) for Ischemic Stroke in Thailand: Geographic Inequity and Impact on Mortality
By Vuthipan Vongmongkol

Vutiphan VongmongkolVutiphan VongmongkolLatarbelakng dari studi ini dari kasus kematian akibat cacat di Thailand. Tahun 2013 kematian 14% wanita dan 11% laki-laki. Trombolysis with Recombinant Tissue Plasminogen Acctivator (rtPA) . UHC 75% di Thailand. 2005-2007 dengan skema UHC low utilization rate >0.1%. Tahun 2008 Thailand mengimplementasikan insentive keuangan bagi kasus ini. Tujuannya untuk melihat pasien stroke dengan rtPA dalam skema UHC. Metode peneltian yang digunakan yaitu dengan data sekunder dari NHSO 2010-2014 dengan kriteria ischemic stroke dan umur >18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien laki-laki sekitar 53% dengan rtPA nya yaitu 1.6 ini pada tahun 2011. Penelitian juga dilakukan pada tahun 2012, 2013 dan 2014, dimana tahun 2014 menunjukkan bawha pasien laki-laki sebesar 54% dengan rtPA nya 3.8. Hasil Trend dan geographical distribusi menunjukkan bahwa rata-rata rtPA di Thailand adalah 2.1 - 4%. Hasil regresi analysis juga menunjukkan yaitu untuk umur 35-44 tahun rtPA nya adalah 1.14 dan umur di atas 80 tahun rtPA nya sebesar 4.

Kesimpulannya rtPA di skema UHC dari tahun ke tahun selalu meningkat. Dan ini perlu upaya untuk melakukan pencegahan yang lebih optimal untuk kasus ini.

pdf icon Materi


Oleh: M. Faozi Kurniawan (PKMK FK UGM)               

 

Reportase lainnya

the-8th-indonesian-health-economist-association-inahea-biennial-scientific-meeting-bsm-2023The 8th Indonesian Health Economist Association (InaHEA) Biennial Scientific Meeting (BSM) 2023 25-27 Oktober 2023 InaHEA BSM kembali diadakan untuk...
gandeng-ugm-dinas-kesehatan-dan-keluarga-berencana-kabupaten-sampang-adakan-pendampingan-tata-kelola-program-kesehatan-di-kabupaten-sampang Kamis, 6 April 2023, Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Sampang bersama dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM...
diseminasi-buku-petunjuk-pelaksanaan-layanan-hiv-aids-dan-infeksi-menular-seksual-ims-dalam-skema-jknReportase Diseminasi Buku Petunjuk Pelaksanaan Layanan HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) dalam Skema JKN 22 Desember 2022 dr. Tri Juni...

pendaftaran-alert

regulasi-jkn copy

arsip-pjj-equity

Dana-Dana Kesehatan

pemerintah

swasta-masy

jamkes

*silahkan klik menu diatas

Policy Paper

Link Terkait

jamsosidthe-lancet