Mengurangi Beban BPJS Kesehatan

Mengurangi Beban BPJS KesehatanMengurangi Beban BPJS Kesehatan

Jakarta -

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dikeluarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan 2018 mempertegas bahwa penyakit tidak menular (PTM) makin meningkat sejak 5 tahun terakhir. PTM menjadi perhatian penting fokus permasalahan bagi pemerintah dalam menekan angka kesakitan dan kematian di seantero Nusantara. Fokus pemerintah dalam mengatasi PTM yaitu dengan mengedepankan tindakan preventif dan promotif tanpa mengesampingkan tindakan upaya kuratif dan rehabilitatif dalam pelaksanaannya.

Besarnya biaya yang dikeluarkan pemerintah melalui BPJS Kesehatan untuk membiayai perawatan dan pengobatan pasien dengan PTM menjadi beban bagi perekonomian negara. Maka dari pada itu, penanggulangan PTM menjadi sorotan utama bagi mewujudkan Indonesia sehat.

Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengatakan, perkiraan defisit BPJS Kesehatan pada 2018 mencapai Rp 10.98 triliun. Angka ini diperoleh setelah dilakukan audit oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangun (BPKP). Menteri Kesehatan Nila Moeloek juga mengatakan, besarnya biaya yang terus dikeluarkan BPJS 35% pengeluarannya digunakan untuk mengatasi penyakit tidak menular.

PTM menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah dalam penanganannya, sehingga Menteri Kesehatan mengeluarkan Permenkes No 1775 tahun 2015 tentang penanggulangan penyakit tidak menular. Fondasi dasar berupa Permenkes ini diharapkan menjadi pedoman tata laksana umum bagi setiap tenaga kesehatan dalam mendukung penanggulangan PTM melalui tindakan preventif, pengendalian penyakit, penanganan yang komprehensif, efisien, efektif, dan berkesinambungan.

Pemerintah pusat melalui Kemenkes sebagai aktor utama dalam penyelenggaraan kesehatan masyarakat tentunya harus didukung dari segala bidang pelaksanaan mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kelurahan/desa, hingga ke tingkat RT/RW. Semua tingkatan wajib untuk berperan penuh dalam menyukseskan penyelenggaraan tersebut. Pelaksanaan yang terintegrasi menjadi poin penting untuk menyambungkan dan mempersamakan persepsi dari pusat hingga ke daerah sehingga hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan utama.

Kesadaran Individu

Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke orang, yang perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka waktu yang panjang atau kronis (Permenkes no.1775 tahun 2015). Jadi, penyakit ini sebagian besar ditimbulkan dari diri sendiri. Hal ini harus menjadi kesadaran bagi tiap individu. Pola hidup dan persepsi yang salah tentang hidup sehat menjadi kendala terbesar bagi masyarakat Indonesia. Buruknya, sebagian masyarakat mulai sadar untuk mengubah hidupnya bila gejala-gejala penyakit mulai muncul.

Faktor risiko perilaku menjadi bagian utama penyebab terjadinya PTM di masyarakat. Berdasarkan faktor risiko terjadinya, dibagi menjadi dua yaitu faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Mengubah perilaku berarti mengubah budaya. Budaya lahir dari kebiasaan yang dibiasakan dan mengubah salah persepsi yang telah mengakar pada batang diri suatu individu, keluarga, maupun kelompok menjadikannya tantangan pemerintah dalam mengatasinya.

Perubahan gaya hidup menjadi penyebab utama terjadinya PTM di masyarakat. Masyarakat dimanjakan dengan adanya layanan serba praktis yang didapatkan secara mudah, yaitu berupa teknologi (smartphone, motor, mobil), makanan (fast food, junk food), dan tren gaya hidup yang salah (alkohol, merokok). Masyarakat sebenarnya harus dapat memahami adanya faktor risiko yang dapat diubah seperti merokok, kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat atau diet yang salah, konsumsi minuman beralkohol, dan lingkungan yang tidak sehat yang mengakibatkan terjadinya PTM.

Dalam memberantas masalah-masalah PTM tersebut, Kemenkes membuat terobosan dalam penanggulangannya melalui program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) sebagai cara dalam nawacita nasional mewujudkan Indonesia Sehat. Germas merupakan suatu gerakan yang mengajak seluruh tingkatan masyarakat mulai dari individu, keluarga, masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup sehat dalam rangka mempertahankan kualitas hidup sehat yang berkelanjutan atas dasar kesadaran dan kemauan diri sendiri dengan tujuan agar masyarakat dapat berperilaku sehat, sehingga berdampak pada terjaganya kesehatan, masyarakat dapat produktif, lingkungan menjadi bersih, dan berkurangnya beban negara dalam pembiayaan pengobatan.

Dalam mewujudkan Germas, bentuk kegiatan yang dapat diterapkan berupa peningkatan aktivitas fisik, mengkonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, menggunakan jamban. Pola hidup sehat dapat dimulai dari diri sendiri, rumah, perjalanan, sekolah, tempat kerja, maupun tempat umum. Berikut ini adalah tiga poin penting dalam pelaksanaan Germas yang wajib jadi perhatian tiap individu dalam upaya penanggulangan terjadinya PTM, yaitu peningkatan aktivitas fisik, konsumsi sayur dan buah, dan tidak merokok.

Pola Hidup Sehat

Peningkatan aktivitas fisik merupakan suatu cerminan pola hidup yang sehat dengan mengupayakan mobilitas fisik di berbagai kegiatan. Walaupun disibukkan dengan banyak kegiatan, aktivitas fisik wajib dilakukan dalam upaya mempertahankan stamina menjadi stabil dan kuat. Melakukan aktivitas fisik dilakukan selama 30 menit per hari baik berupa aktivitas sehari-hari, latihan fisik, dan olahraga. Berbagai kegiatan harian di rumah pun mampu meningkatkan pengeluaran energi untuk pembakaran kalori. Memodifikasi gaya hidup tanpa mengabaikan prinsip dalam beraktivitas fisik akan menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat.

Adanya gerakan yang diciptakan dari komunitas-komunitas dengan mengedepankan sports and fun adalah contoh dari era baru dalam menyadarkan dan memotivasi masyarakat agar dapat hidup sehat. Banyak kegiatan seperti kelompok senam, "kuliner-run", komunitas sepeda, komunitas pelari/jogging, komunitas renang, dan lain-lain sebagai cerminan dari gaya hidup masyarakat yang sehat.

Yang kedua, keluarga menjadi sosok yang penting dalam menerapkan wajib makan sayur tiap hari sebagai menu hidangan keluarga sebagai langkah mengenalkan pentingnya makan buah dan sayur-sayuran pada keluarga. Tersedianya buah dan sayur-sayuran dalam menu makanan sehari-hari akan menjadikan pola hidup sehat yang harus dibiasakan sedini mungkin. Sehingga, bila individu itu keluar dari lingkungan rumah, maka ia akan tetap mempertahankan apa yang telah ia dapatkan dari rumah.


Untuk sehat tidak perlu biaya yang mahal, tak perlu pergi ke restoran bintang lima, ataupun makanan cepat saji yang entah terbuat dari bahan apa. Mengkonsumsi buah dan sayuran menjadi pilihan makanan yang sempurna bagi setiap keluarga. Kandungan sayuran dan buah-buahan merupakan kumpulan dari berbagai sumber vitamin, mineral, dan serat yang fungsinya sebagai pengatur metabolisme tubuh dan antioksidan dalam tubuh yang bermanfaat dalam mencegah terjadinya PTM.

Selanjutnya, tak bisa kita hindari lagi bahwa rokok sudah begitu dekat dengan semua kalangan masyarakat, dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Bahaya yang ditimbulkan dari rokok tidak bisa ditawar-tawar lagi, apalagi yang lebih berbahayanya adalah asap rokok yang dapat menyebabkan kerugian bagi orang yang terhisap pada mereka tidak merokok. Saat ini, rokok seolah-olah menjadi barang yang lazim digunakan di masyarakat dan dampak buruknya diabaikan begitu saja. Mari saatnya kita berpikir cerdas dan maju untuk menciptakan kualitas manusia yang baik.

Sinergi segala tingkatan adalah kunci utama dalam pelaksanaan Germas, namun kesadaran akan hidup sehat harus ditekankan sejak dini dimulai dari dalam rumah, orangtua sebagai pemeran utama dalam menyukseskan perilaku hidup sehat selama di rumah yang dapat dimulai dari enyahkan asap rokok di rumah, makan makanan yang sehat dengan sayur dan buah, lingkungan rumah bersih dan rapi, dan selalu melakukan aktivitas fisik.

Pelaksanaan Germas harus didukung oleh segala pihak mulai dari pemerintah pusat hingga ke daerah, pihak swasta, dan juga stakeholder guna menyukseskan gerakan ini. Dengan adanya kesadaran dari masyarakat tentang pola hidup sehat, maka diharapkan bisa menekan angka terjadinya kejadian PTM di negeri ini. Ayo, mulai hidup sehat mulai dari kita, yang pada akhirnya biasa membantu pemerintah mengurangi beban BPJS Kesehatan.

M. Agung Akbar, S.Kep mahasiswa Profesi Ners Universitas Andalas Padang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berita Tekait

Policy Paper