Menkes Sebut Defisit BPJS Kesehatan Bisa Ditekan dengan Cara Ini

Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyampaikan pemaparan saat Indonesian Tuberculosis International Meeting,  di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 6 April 2019. Pertemuan itu mengangkat tema A Joined Force To Bring TB Down, Recent Development in The Diagnosis and Management of Tuberculosis. ANTARA FOTO/Didik Suhartono

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila Djuwita Farid Moeloek menyatakan salah satu cara yang bisa mengurangi defisit Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan atau BPJS Kesehatan adalah perilaku serta lingkungan yang sehat.

"BPJS Kesehatan itu mengalami defisit karena banyak orang tidak sehat. Coba perilakunya dan lingkungannya sehat, maka tidak akan sakit," ujar Nila usai penyerahan penghargaan kepada kepala daerah yang berhasil menjalankan program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di Jakarta, Rabu, 2 Oktober 2019.

Ia mencontohkan, lingkungan yang kotor akan menyebabkan banyak yang sakit. Untuk itu, menurut Nila, menjaga kualitas lingkungan agar kualitas kesehatan semakin membaik menjadi sangat penting. 

"Kalau kita tidak sehat, maka penyakit akan terjadi terus. Oleh karena itu, penting mengubah perilaku kita," ujar dia. Ia juga mendorong agar masyarakat mengerti pentingnya perilaku hidup sehat, bukan sekadar naiknya iuran BPJS Kesehatan.

Kesadaran masyarakat akan kesehatan, kata Nila, pun harus terus dibangun. Pasalnya, kondisi yang ada saat ini sudah sangat memprihatinkan.

Nila mengambil contoh, masyarakat yang tak sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan sehat bisa terkena penyakit dan harus melakukan pengobatan cuci darah yang butuh biaya besar. Saat ini biaya cuci darah sekitar Rp 700.000 hingga Rp 1.000.000 dan itu semua ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

"Sekarang iurannya hanya Rp 25.000, cuci darah harganya sekitar Rp700.000. Maka ada sekitar 30 orang yang menanggungnya. Seharusnya hal itu tidak benar, maka perilaku harus diubah," ucap Nila.

Berita Tekait

Policy Paper