Komponen Sistem Kesehatan untuk Mendukung Cakupan Kesehatan Semesta: Pengalaman Thailand, dukungan apa saja untuk UHC?

(Health Sytem Component to Support UHC: Thai experience on -pre requisites for UHC)

gb2Director International Health Policy Program (IHPP) Dr. Phusit Prakongsai, M.D, PhDBangkok-Sesi ini disampaikan oleh Director International Health Policy Program (IHPP) Dr. Phusit Prakongsai, M.D, PhD pada sesi kedua Pelatihan Monitoring dan Evaluasi UHC di Bangkok menyebutkan bahwa UHC tidak akan berjalan tanpa adanya sistem pendukungnya. sistem pendukungnya yaitu pengawasan terhadap UHC itu sendiri. Kerangka kerja yang digunakan dalam pengawasan pelaksanaan sendiri mengacu pada kerangka kerja WHO untuk Sistem Kesehatan. Dampak pelaksanaan UHC di Thailand sangat besar, salah satu contoh nya adalah bahwa UHC mengurangi angka kematian untuk anak umur bawah lima tahun dan kematian ibu dari tahun 1960-2008. Hal itu juga didukung dari artikel internasional yang menyebutkan mengapa dan bagaimana Thailand dapat mencapai kesehatan yang baik dan berbiaya rendah.

Tujuan kebijakan UHC antara lain, 1). Meningkatkan kesehatan masyarakat Thailand dengan memberikan keadilan akses untuk pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat Thailand, 2). Mencegah rumah tangga atau keluarga dari bencana keuangan atau resiko keuangan pada saat berhadapan dengan tingginya biaya pelayanan kesehatan. Tujuan tersebut menegaskan bagaimana pencapaian UHC di Thailand dalam beberapa tahun ini seperti bahwa 99% masyarakat Thailand telah dilindungi dengan 3 skema yaitu Universal Coverage Scheme (Skema Cakupan Semesta, 75%), Social Health Insurance for formal private sector (Skema Asuransi Kesehatan untuk pegawai swasta, 20%) dan Civil Servant Medical Benefit Scheme (Skema Asuransi Kesehatan untuk PNS, 5%).

Untuk mendukung tiga skema tersebut dibutuhkan strategi pembiayaan yang baik. Strategi yang dilakukan di Thailand yaitu berupaya menghilangkan kendala keuangan pada pelayanan kesehatan, berbagi resiko dengan maksud untuk memperluas skema UHC untuk yang belum masuk asuransi dan dengan sukarela menggabungkan kartu asuransi dengan kartu identitas lain (LIC).

Thailand menggunakan sistem pembayaran kepada Provider Kesehatan dengan dua model yaitu model Kapitasi dan DRG dengan global budget. Kapitasi digunakan untuk meng-cover pasien rawat jalan dan DRG plus global budget digunakan untuk meng-cover pasien rawat inap. Badan Kebijakan dan Perencanaan menunjukkan adanya peningkatan model pembayaran dengan Kapitasi setiap tahunnya dari tahun 2003-2011. Namun kenaikan anggaran kapitasi tersebut disebabkan semakin bertambahnya jenis penyakit yang dapat dicakup oleh asuransi. Hal ini sangat positif mengingat semakin luasnya cakupan atau semakin banyak penyakit yang tertangani dalam satu provider. DRG sendiri telah mengalami banyak kemajuan (DRG Evolution). Istilah yang sering digunakan yaitu adanya modifikasi atau upgrading dan yang terakhir adalah tahun 2011.

Skema pembayaran terhadap provider di Thailand menunjukkan bagaimana dana UHC digunakan untuk membayar kebutuhan akan pelayanan kesehatan dasar, obat, RRT penyakit kronis, penyakit gangguan jiwa (5 paket) di Penyedia Pelayanan Kesehatan (provider). Kemudian, dari sisi Equity, skema UHC juga membuktikan bahwa UHC dapat mengurangi inequity pada pelayanan kesehatan, dimana populasi yang kurang beruntung dengan mudah dapat mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu.

Jadi sebenarnya faktor-faktor apa yang penting bagi pengembangan UHC diantaranya:

1. Pengembangan sistem kesehatan

Hal ini dilakukan dengan memperkuat pengembangan health system di daerah dan provinsi. Dari sisi pendidikan, pemerintah Thailand juga mewajibkan lulusan tenaga kesehatan untuk bekerja di pelayanan kesehatan publik terutama di daerah pedesaan dan sulit dijangkau.

2. Pengembangan sistem kesehatan di distrik

Pengembangan di sini dimaksudkan dengan membangun puskesmas atau puskesmas pembantu dengan bangunan yang bagus, peralatan yang lengkap, lingkungan yang baik, perumahan bagi tenaga puskesmas, transportasi yang bagus, tempat rekreasi, serta yang paling penting pengembangan puskesmas ini juga disertai dengan pengembangan tenaga kesehatannya.

3. Strategi pendidikan

Pengembangan dilakukan dengan meningkatkan rekrutmen terutama yang berasal dari daerah pelosok, dan penempatan lulusannya didaerah terpencil dan pedesaan.

4. Insentif Keuangan yang menarik

Insentif menjadi sangat beragam pada saat dokter ditempatkan di daerah terpencil. Semakin terpencil penempatannya, maka insentif keuangan yang diterima semakin besar.

Di akhir sesi, dijelaskan bahwa dengan berjalannya UHC telah mengubah pola utilisasi pada tingkat provider. Jika sebelumnya tahun 1977 utilisasi provider 46% ada di tingkat regional, 24% di community center dan 29% ada di rural health centres. Pelaksanaan UHC sampai dengan tahun 2010, merubah tingkatan utilisasi yaitu provider 12,6% ada di tingkat regional, 33,4% di community center dan 54% ada di rural health centres.Catatan dalam monitoring dan evaluasi dalam reformasi sistem kesehatan ini menggunakan frame.

Reportase lainnya

the-8th-indonesian-health-economist-association-inahea-biennial-scientific-meeting-bsm-2023The 8th Indonesian Health Economist Association (InaHEA) Biennial Scientific Meeting (BSM) 2023 25-27 Oktober 2023 InaHEA BSM kembali diadakan untuk...
gandeng-ugm-dinas-kesehatan-dan-keluarga-berencana-kabupaten-sampang-adakan-pendampingan-tata-kelola-program-kesehatan-di-kabupaten-sampang Kamis, 6 April 2023, Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Sampang bersama dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM...
diseminasi-buku-petunjuk-pelaksanaan-layanan-hiv-aids-dan-infeksi-menular-seksual-ims-dalam-skema-jknReportase Diseminasi Buku Petunjuk Pelaksanaan Layanan HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) dalam Skema JKN 22 Desember 2022 dr. Tri Juni...