9th World Congress on Health Economics:
Celebrating Health Economics
Oleh: Prof. dr Laksono Trisnantoro, MSc, PhD
Pembukaan Hari Pertama: Merayakan Ekonomi Kesehatan
Pembukaan diselenggarakan pada Hari Minggu tanggal 7 Juli 2013 pukul 17.00 WIB. Pembukaan diawali dengan tarian selamat datang dari suku Aborigin dan pemutaran video testimoni dan wawancara dengan Prof. Kenneth Arrow dari USA.
Plenary Sesi Pertama
- plenary sesi pertama disampaikan oleh Prof. Rosalie Viney, Director of the Center for Health Economics Research and Evaluation and Professor of Health Economics at University of Technology Sydney, dan Prof. Dr. Anne Mills, Vice Director and Professor of Health Economics and Policy, London School of Hygiene and Tropical Medicine.
Rosalie Viney, Direktur Center for Health Economics Research and Evaluation & Profesor Health Economics, University of Technology Sydney memaparkan presentasi ilmiah dengan judul “Theory, Data, Analysis and a Snag on the Barbie: How Health Economics has Contributed to Health Policy in Australia”
Tahun 2013 merupakan tahun ke-60 setelah National Health Act Australia disahkan, serta tahun ke-40 setelah pertama kalinya sistem asuransi nasional dikembangkan di Australia, dan juga 20 tahun setelah riset cost-effectiveness mulai digunakan untuk menginformasikan pengambilan kebijakan seputar sistem pembayaran sistem kesehatan. Presentasi ini mensintesiskan proses bagaimana riset di bidang health economics di Australia mampu mengubah kebijakan kesehatan di negara tersebut. Sejumlah case study diangkat untuk mendemonstrasikan bagaimana proses penelitian di bidang ekonomi kesehatan mempengaruhi beberapa kebijakan utama di bidang kesehatan di Indonesia.
Pertama, lahirnya Medibank atau sistem asuransi kesehatan nasional Australia merupakan hasil dari proposal penelitian ahli ekonomi kesehatan, Deeble dan Scotton. Kedua peneliti ini berhasil mendorong pemerintah “menciptakan” sistem asuransi di tahun 1960-an di Australia, melalui proses penelitian yang kuat dan advokasi yang persisten terhadap pemerintah pusat. Kedua, sejalan dengan sistem asuransi dan reimbursement penyedia layanan kesehatan, adaptasi sistem pembayaran kesehatan berdasarkan sistem DRG di Australia juga merupakan hasil dari analisa oleh para ahli ekonomi kesehatan di awal tahun 1990-an. Ketiga, dimulainya riset mengenai cost effectiveness di bidang pengobatan yang berhasil mempengaruhi pemerintah Australia dalam menentukan sistem reimbursement dan insentif untuk tenaga kesehatan.
Australia menjadi salah satu negara maju yang telah mencapai universal health coverage dan merupakan negara dengan angka harapan hidup tertinggi di dunia. Dari presentasi ini, dapat dilihat bahwa sistem kesehatan yang baik di Australia merupakan: (1) usaha panjang yang dimulai tidak hanya 5-10 tahun belakangan ini, namun merupakan sistem yang terus berkembang sejak puluhan tahun yang lalu, dan yang menarik adalah bahwa (2) para peneliti kesehatan (dalam hal ini ekonomi kesehatan) memegang peran yang sangat penting dalam mempengaruhi kebijakan nasional. Walaupun langkah advokasi dan penelitian tidak selalu berjalan mulus (seperti yang dikemukakan oleh Prof. Rosalie Viney) para peneliti selalu memegang peranan penting dalam menentukan arah perkembangan sistem kebijakan kesehatan di suatu negara.
Berikut ini beberapa pesan kunci keberhasilan para ahli dan peneliti ekonomi kesehatan dalam mempengaruhi kebijakan yang dapat dicontoh dari presentasi menarik ini. Pertama, penggunaan data yang jelas dan analisa empirik yang kuat, akan menjadi dasar utama dalam mengadvokasi kebijakan kesehatan di suatu negara. Kedua, persistensi dalam mempengaruhi pembuat kebijakan; proses advokasi tidak berjalan satu-dua hari, atau bahkan satu-dua tahun, tapi merupakan proses panjang yang membutuhkan kesungguhan dan sumber daya. Ketiga, faktor “keberuntungan” dapat membantu proses mempengaruhi kebijakan ini. Keempat, peneliti perlu didukung oleh sumber dana penelitian yang berkelanjutan dan bersifat jangka panjang; karena penelitian tidak hanya berhenti di analisa awal, tapi harus berlangsung secara terus-menerus hingga dapat menunjukkan bukti yang kuat dan dilanjutkan dengan proses advokasi ke pembuat kebijakan. Kelima, advokasi di saat yang tepat merupakan kunci terimplementasikannya sebuah kebijakan.
Pertanyaan untuk para peneliti kesehatan dan pembuat kebijakan di Indonesia: Kapan dan bagaimana seluruh kebijakan kesehatan di Indonesia disusun hanya dengan dasar empirik yang kuat dan menggunakan bukti nyata yang dihasilkan melalui penelitian yang baik?
Plenary sesi kedua
Dalam presentasi kedua, Prof. Mills menekankan mengenai pengembangan Ekonomi Kesehatan di negara pendapatan rendah dan menengah.
Pengembangan ini dianalisis melalui pandangan pribadi. Mills berpendapat penggunaan ekonomi kesehatan mempunyai beberapa hal yang menarik. Penelitian-penelitian mulai dilakukan pada tahun 1970-an. Sebelumnya di tahun 1960-an sudah ada beberapa penelitian mengenai Cost and Benefit pengendalian penyakit tropis dan dampak ekonomi penyakit malaria yang menghancurkan. Selanjutnya disampaikan juga tentang pengembangan ekonomi kesehatan di tahun 1970-an, 80-an, dan 90-an berhubungan erat dengan kebijakan pengembangan sistem kesehatan dari para pemberi dana dunia.
Di tahun 1970-an tema-tema yang sering diteliti adalah ‘Kesehatan dan Perkembangan Ekonomi’ dengan peneliti misalnya Barlow, Conly, Weisbrod, dan Prescott. Di era ini sering dilakukan Cost Benefit Analysis dan Health Expenditure Surveys. Hal yang menarik yaitu hanya sedikit penelitian yang digunakan oleh pengambil keputusan.
Di tahun 1980-an terjadi pergeseran tema menjadi evaluasi ekonomi dalam bentuk cost-effectiveness analysis, demand untuk pelayanan kesehatan dan elastisitas harga oleh Akin Heller dan Dor. Memasuki dekade ini mulai dilakukan penelitian mengenai user fees, insurance, dan pembiayaan oleh masyarakat. SIsi supply pelayanan kesehatan mulai diteliti melalui topik produksi serta biaya rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat.
Di tahun 1990-an mulai banyak diteliti berbagai hal seperti equity (pemerataan dan akses terhadap pelayanan kesehatan), perilaku sektor swasta, efisiensi dan ketidakefisiensian sektor pemerintah, regulasi pelayanan kesehatan, beban penyakit dalam konteks cost effectiveness analysis, paket-paket esensial yang dikembangkan oleh Bank Dunia melalui World Development Report di tahun 1993. Tantangannya adalah ketersediaan data di sisi supply pelayanan kesehatan.
Di abad baru ini (2000-an), pengembangan ekonomi kesehatan mulai memisahkan diri dari kekuatan eksternal dan mengembangkan hubungan erat dengan pengambil kebijakan domestik dan masyarakat akademik lokal. Namun, tantangan masih besar untuk negara dengan pendapatan rendah dan menengah, antara lain: keterbatasan literatur, keterbatasan jumlah penulis penelitian dan jurnal, serta kapan dapat mengumpulkan pengetahuan dari seluruh dunia.
Pengembangan kapasitas ekonomi kesehatan di negara sedang berkembang memang berjalan lambat. Peta di samping menunjukkan konsentrasi jumlah artikel penelitian ekonomi kesehatan yang lebih didominasi oleh negara maju. Peta di atas adalah untuk tahun 1968-1989. Sementara itu peta dibawahnya untuk tahun 1990-2009. Memang ada perkembangan, namun belum banyak.
Prof Anne Mills menegaskan bahwa jumlah ekonom kesehatan di negara berpenghasilan rendah dan menengah masih belum seimbang dengan besarnya tantangan sistem kesehatan. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai bagaimana transfer pengalaman dari negara maju ke negara berkembang. Sebagai penutup Prof Anne Mills menyatakan bahwa di masa mendatang dibutuhkan berbagai hal sebagai berikut. Pertama, lebih banyak dibutuhkan penelitian yang dipengaruhi kebutuhan lokal, bukan oleh donor. Kebutuhan lokal ini untuk menjadi dasar pengambilan keputusan di daerah. Kedua, untuk mengimbangi orientasi kebijakan yang besar perlu ada kontribusi lebih besar dari aspek teoritis, konsep, dan metodologis. Ketiga, dibutuhkan lebih banyak sumber-sumber daya lokal untuk kelompok peneliti kebijakan dan akademisi. Atas dasar inilah, perlu dilakukan upaya memperkuat universitas.
Relevansi untuk Indonesia
Analisis relevansi untuk Indonesia disampaikan oleh Prof. Laksono Trisnantoro. Pandangan Prof. Anne Mills dapat diaplikasikan di Indonesia. Ekonomi kesehatan mulai berjalan pada tahun 1980-an yang berasal dari proyek USAID (Health Financing). Pada saat itu didirikan Perhimpunan Peminat Ekonomi Kesehatan Indonesia. Kontribusi donor dalam hal ini USAID memang sangat kuat, walaupun kemudian melemah seiring dengan menurunnya bantuan dalam bidang pembiayaan ekonomi kesehatan.
Salah satu hal menarik adalah perkembangan ekonomi kesehatan di Indonesia banyak berkembang di fakultas kedokteran dan fakultas kesehatan masyarakat. Ekonomi kesehatan tidak begitu berkembang di fakultas ekonomi. Hal ini berbeda dengan di negara-negara maju dimana ekonomi kesehatan berkembang di fakultas-fakultas ekonomi. Sebagai gambaran di University of York Inggris, salah satu dari pusat pendidikan ekonomi kesehatan terbaik di dunia, pengembangan berada di Faculty of Economics. Kabar baiknya adalah saat ini beberapa dosen fakultas ekonomi, khususnya yang berasal dari ekonomi pembangunan sudah ada yang berfokus pada ekonomi kesehatan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM sudah mempunyai doktor muda dalam Ekonomi Pembangunan yang terkait dengan kesehatan, yaitu Dr. Elan Satriawan. Satu lagi dosen muda dari FEB UGM, Heni Wahyuni sedang mengambil PhD dalam ekonomi kesehatan di University of Technology Sydney. Diharapkan ada regenerasi ahli ekonomi kesehatan Indonesia dengan penguatan pada teori, konsep, dan metodologi ekonomi.
Di beberapa tahun terakhir memang terjadi pengembangan aplikasi ekonomi kesehatan di pengambil kebijakan, misalnya di Bappenas, Kemenkes, dan di daerah-daerah. Disamping itu, Health Accounts sudah mulai dipergunakan. Demikian pula analisis pengeluaran kesehatan. Isu pemerataan sudah menjadi hal penting di kebijakan kesehatan Indonesia. Akan tetapi seperti apa yang dinyatakan oleh Prof. Anne Mills, jumlah ekonom kesehatan masih sedikit dibandingkan dengan tantangan sistem kesehatan di Indonesia.
Pengembangan lain adalah ekonomi kesehatan dipergunakan sebagai salah satu ilmu yang dipakai dalam penelitian kebijakan kesehatan. Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia sering membahas isu kebijakan yang bersumber dari aplikasi ekonomi kesehatan. Terakhir adalah isu penguatan universitas dalam pengembangan ekonomi kesehatan perlu digaris bawahi di Indonesia.