Monitoring and Evaluation of Universal Health Coverage :
Frameworks and Indicators (1)
dr. Supon Limwattananon,MPHM, PhD
Bangkok: Pada hari keempat ini dibicarakan tentang konsep Monitoring dan Evaluasi (monev) baik bentuk frameworknya maupun pengukuran dan indikatornya. Sementara untuk istilah monitoring didefinisikan sebagai berikut : “the routine tracking of key elements of programme/project performance usually input and outputs through record keeping, regular reporting and surveillance system as well as health facility observation and client surveys”.
sementara “evaluation is the episodic assesment of the change in targeted result can be attributed to the programme or project/project intervention. Evaluation attempts to link a particular output or outcome directly to an intervention after a period of time has passed”. Perbedaan mendasar dari keduanya adalah pada kerangka waktu yang ditetapkan, dimana pada monev adalah pada saat kegiatan masih terjadi sementara pada evaluasi adalah pada saat kegiatan sudah selesai.
Pada framework dibicarakan dua sistem besar yaitu : 1). perfoma dari sistem kesehatan (HSP= health system performance) dan 2). Universal Health coverage (UHC).
Pada penilaian kinerja sistem kesehatan maka akan dilihat fungsi serta tujuan/outcomes dari sistem tersebut.
Supon juga menjelaskan tentang framework sistem kesehatan yang diambil dari : The six building blocks of a health system (WHO 2007) bahwa 6 pilar seperti pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, informasi kesehatan, alat kesehatan/vaksin/teknologi , pembiayaan kesehatan serta leadership adalah merupakan input dari sistem ini. Dimana prosesnya akan menghasilkan tujuan antara (intermediate goals) seperti akses, cakupan, mutu dan keamanan yang akan menghasilkan overall goals (outcomes) seperti peningkatan taraf kesehatan dan equity, responsiveness, perlindungan risiko sosial / financial dan peningkatan efisiensi. Masih diperdebatkan khusus untuk efisiensi apakah masuk dalam intermediate goals atau overall goals.
Di Thailand, M&E dari infrastruktur dan keuangan kesehatan dapat dianalisis dari Health research survey (HRS) dan dari sana terlihat bahwa terjadi pertumbuhan fasilitas kesehatan di tingkat distrik dan yang menarik ada budget shift ke distrik. Jadi terdapat kenaikan dana yang signifikan pada tingkat distrik dibandingkan pada tingkat provinsi.
Untuk M&E yang lain adalah menghubungkan anatara input/output dan outcomes seperti pemakaian kontarasepsi wanita dengan angka fertilitas total dalam 12 bulan yang di dapatkan hasil bahwa dengan meningkatnya pemakaian kontrasepsi---angka fertilitas pada wanita menurun dan setelah dibandingkan dengan indikator lain maka ini akan menurunkan angka kematian maternal per 100.000 lahir hidup. Yang kedua adalah menghubungan peningkatan cakupan program imunisasi dengan penurunan angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup.
Cerita sukses Thailand dalam menambah dan mengembangkan input/output pada tahun 1970 s/d 2005 seperti menambah SDM kesehatan dan sumber infrastruktur (mengharuskan pelayanan di daerah pedesaan bagi dokter; menambah jumlah kader, memperkenalkan kurikulum teknis untuk perawat) dan dengan mengembangkan berbagai skema pencegahan risiko finansial (seperti low income card schema, civil servant benefit scheme, community health funds, social security act 1991, voluntary health card scheme dan UHC) ternyata menurunkan angka kematian bayi dan anak secara signifikan dari sekitar 95 pada tahun 1970 menjadi di bawah 20 pada tahun 2005 (-0,8 kasus/tahun).
Dokter Phusit menceritakan kembali mengenai UHC cube, dimana kita harus mempertimbangkan tiga dimensi dalam menjalankan Universal Health Coverage. Ketiga dimensi tersebut adalah breadth (cakupan populasi yang sudah ditanggung dan akan melebar ke kelompok mana lagi yang akan dicover), depth (pelayanan apa saja yang ditanggung dan pengembangannya adalah pelayanan apa lagi yang akan dicover) dan height (biaya langsung, proporsi biaya yang dicover, dengan pengembangannya akan berusaha mengurangi co sharing dan biaya OOP).
Cakupan :
ILO mendefinisikan coverage (cakupan ) sebagai populasi yang dicover secara formal oleh jaminan kesehatan sosial (contoh : dibawah perundangan-undangan, tanpa suatu petunjuk bahwa harus akses yang efektif ke pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan dan dimensi lain).
Coverage UHC di Thailand dengan berbagai skema mulai tahun 1991 s/d 2009 maka terlihat masyarakat yang terasuransi akan makin kecil yaitu dimana dulunya 66,5% (1991) menjadi hanya 2,6% saja pada tahun 2009. Pada tahun itu pula maka terjadi peningkatan cakupan populasi yang dicover mensasar bagian tengah/middle (bagian sektor informal).
Tetapi untuk besarnya cakupan (breadth) seringkali dipertentangkan dengan manfaat/ pelayanan apa yang ditanggung (depth) serta berapa pembiayaan langsung (height). Di Vietnam, mereka melangkah dengan memperluas cakupan, namun terjadi peningkatan pengeluaran katastropik.
Belajar dari Thailand dimana terjadi peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan untuk member UCS di rawat jalan dan rawat inap. Pada tahun 2003 hingga 2010 kisaran member UCS tidak banyak berubah (dalam rentang 46-47 juta orang), namun terdapat peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan, baik untuk rawat inap maupun rawat jalan. Hal ini dimungkinkan karena peningkatan akses ke fasilitas kesehatan.
Di akhir presentasinya, dr. Phusit menjelaskan tentang permasalahan yang harus ditangani untuk pengembangan pelayanan kesehatan, yaitu : apa saja yang harus dipertimbangkan pada populasi yang akan dikembangkan sistem pelayanannya; apakah ada variasi yang signifikan untuk memperluas cakupan di kelompok populasi yang berbeda; apa pelayanan yang merepresentasikan paket pelayanan yang diinginkan; apakah mutu pelayanan yang diberikan memadai untuk mencapai tujuan kesehatan; apakah pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan klinis.