07 October 2013
Social helath insurance for the poor:
Targetting and impact of Indonesia’s Askeskin program
Asep Suryahadi, SMERU
Penelitian yang dilakukan Asep dari SMERU mengenai program Askeskin di Indonesia. Indonesia mempunyai ambisi untuk UHC sebenarnya pada tahun 2004 dengan dikeluarkannya Undang-Undang nomor 40 tahun 2004 tentang Jaminan Sosial Nasional. Sebelum tahun 2004, asuransi kesehatan sosial diperuntukkan untuk sektor formal saja yaitu pegawai pemerintah, militer/polisi, pegawai swasta, dan kepesertaan yang wajib. Ada sekitar 60% pekerja disektor informal. Untuk tahap pertama UHC pada tahun 2005, asuransi kesehatan diperuntukkan untuk masyarakat miskin dengan nama Askeskin, dengan target masyarakat miskin dengan sistem subsidi untuk preminya. Kemudianprogram ini diperluas pada tahun 2008 dengan target 76 juta orang dengan programnya bernama Jamkesmas. Dari perjalanan adanya UHC tersebut dapat disimpulkan tujuan UHC di Indonesia tahun 2019 adalah untk mengkonsolidasikan Asuransi/Jaminan Kesehatan Nasional yang dimulai tahun 2014 dan mewajibkan kepesertaan lain dan melindungi yang miskin.
Penelitian ini berfokus pada program Askeskin yang telah dijalankan. Program Askeskin diperuntukkan untuk masyarakat miskin dengan dasar pelayanan rawat jalan, rawat inap di kelas 3 rumah sakit pemerintah, termasuk didalamnya pelayanan mobil ambulance, pelayanan untuk daerah terpencil, program imunisasi dan obat. Pembayaran provider menggunakan sistem kapitasi di puskesmas dan harga negosiasi di level selanjutnya seperti rumah sakit. Tujuan Askeskin untuk meng-cover 60 juta orang. Program ini juga mendukung sistem desentralisasi yang telah dijalankan dengan sistem budget ke daerah dan kemudian target secara individu di daerah. Data dari 2005 dan 2006 dengan sampel 8.448 rumah tangga. Desain menggunakan metode evaluasi setelah dan sebelum program Askeskin di jalankan.
Temuan hasil penelitian menunjukkan untuk out of pocket tetap tinggi di tingkat masyarakat miskin, sehingga subsidi tidak mempengaruhi out of pocket dan budget yang disediakan untuk masyarakat miskin kurang tercukupi. Untuk utilisasi rawat jalan, kunjungan tertinggi terdapat di perkotaan dan kunjugan banyak di rumah sakit.Akhir dari penelitian ini menunjukkan cakupan intervensi ke masyarakat melalui asuransi kesehatan untuk masyarakat miskin untuk pelayanan kesehatannya masih dibawah utilisasi dengan kata lain pemanfaatan program masih rendah. Pendanaan yang dibutuhkan lebih rendah dari pada yang di butuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi masyrakat miskin. Askeskin ditargetkan untuk masyarakat miskin namun tidak bisa dipungkiri masih ada kebocoran dalam pelaksanaannya. Askeskin meningkatkan utilisasi rawat jalan bagi masyarakat miskin khususnya di Puskesmas, namun out of pocket meningkat di daerah perkotaan, sedikit lebih tinggi dari biaya rumah sakit.