Analisis Biaya-Utilitas Pelayanan Obat Pada Pasien CHB di Thailand

PKMK – Lamivudine telah disertakan untuk pasien hepatitis B kronis (CHB) sebagai daftar nasional obat esensial (NLED) dalam daftar reimbursement farmasi di Thailand. Studi evaluasi pelayanan obat pada CHB justru belum dilakukan sehingga penelitian kebijakan berperan penting untuk mengisi kesenjangan ini. Salah satu yang dapat dilakukan adalah membandingkan biaya utilitas dari setiap terapi obat dengan perawatan paliatif pada pasien dengan HBeAg-positif.

Analisis biaya-utilitas menggunakan model evaluasi ekonomi yang mengkaji biaya langsung medis, biaya langsung non-medis, dan biaya tidak langsung. Model Markov akan digunakan untuk memperkirakan biaya dan output pelayanan kesehatan dalam analisis ini. Output kesehatan dilambangkan dalam tahun hidup (LYs) dan penyesuaian kualitas tahun hidup (QALYs). Hasil analisis biaya-utilitas disajikan sebagai rasio efektivitas biaya tambahan (ICER) di baht-Thai (THB) per LYs atau QALYs yang diperoleh.

Hasil studi menunjukkan bahwa nilai ICER pada lamivudine generic dengan penambahan tenofovir ketika terjadi resistensi obat adalah -14.000 (USD-467), -8.000 (USD-267), dan -5.000 (USD-167) THB / QALYs. Ambang kesediaan masyarakat untuk membayar (WTP) sekitar 100.000 (USD 3.333) dan 300.000 (USD 10.000) THB/ QALYs. Oleh karena itu, pemerintah Thailand memutuskan untuk memasukkan tenofovir ke NLED selain lamivudine generik. Analisis biaya-utilitas ini juga dapat diterapkan di beberapa negara berkembang yang sedang mewujudkan universal health coverage, termasuk Indonesia. Untuk mempelajari selengkapnya silakan

pendaftaran-alert

regulasi-jkn copy

arsip-pjj-equity

Dana-Dana Kesehatan

pemerintah

swasta-masy

jamkes

*silahkan klik menu diatas

Policy Paper

Link Terkait

jamsosidthe-lancet