Tingkat Provinsi
Desentralisasi fiskal memberikan kewenangan atau keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah, pemerintah pusat mengatur alokasi minimum alokasi anggaran belanja kesehatan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 171 ayat 2. Anggaran belanja kesehatan di sini merupakan anggaran belanja di dinas-dinas daerah yang terkait dengan kesehatan. Dinas tersebut antara lain dinas kesehatan, rumah sakit, dinas keluarga berencana dan dinas sosial.
Tabel 9. Belanja Kesehatan di Perangkat Daerah di Provinsi Maluku Utara (Milyar)
| Alokasi Dana | 2014 | % | 2015 | % | 2016 | % |
| Dinas Kesehatan | 36.27 | 2% | 40.65 | 2% | 73.08 | 3% |
| Rumah Sakit | 77.01 | 5% | 50.93 | 3% | 108.84 | 5% |
| Dinas BP3AKB | 9.33 | 1% | 9.42 | 1% | 11.00 | 0.5% |
| Dinas Sosial | 17.86 | 1% | 9.50 | 1% | 22.63 | 1% |
| Total Kesehatan | 140.47 | 9% | 110.50 | 6% | 215.55 | 9% |
| Total APBD | 1,567.15 | 100% | 1,824.43 | 100% | 2,335.88 | 100% |
Sumber: Bappeda Provinsi Maluku Utara, 2017
Besaran dana kesehatan di provinsi belum mencapai 10% selama tiga tahun terkahir, rata-rata hanya sekitar 8-9%. Anggaran kesehatan tersebut termasuk didalamnya komponen belanja pegawai. Anggaran belanja dinas kesehatan Provinsi Maluku Utara sebesar 2% tahun 2014 dan 3% tahun 2016 dimana pada tahun 2016 terjadi kenaikan alokasi anggaran kesehatan 5% dari APBN.
Berbeda dengan yang anggaran belanja untuk dinas-dinas yang terkait dengan kesehatan di Provinsi Aceh tergambarkan pada tabel berikut:
Tabel 10. Belanja Kesehatan di Perangkat Daerah di Provinsi Aceh (Milyar)
| Alokasi Dana APBD | 2014 | % | 2015 | % | 2016 | % |
| Dinas Kesehatan | 520.68 | 4% | 607.48 | 5% | 721.36 | 6% |
| Rumah Sakit ZA | 527.49 | 4% | 599.10 | 5% | 543.49 | 4% |
| Rumah Sakit JIwa | 116.64 | 1% | 112.30 | 1% | 94.12 | 1% |
| Rumah Sakit KIA | 87.91 | 1% | 69.96 | 1% | 71.69 | 1% |
| Total Kesehatan | 1,252.72 | 10% | 1,388.85 | 11% | 1,430.66 | 11% |
| Total APBA | 12,939.64 | 100% | 12,749.67 | 100% | 12,874.63 | 100% |
Sumber: BPKAA Provinsi Aceh, 2017
Presentase anggaran tabel di atas menunjukkan bahwa alokasi untuk kesehatan dengan alokasi APBD, dari tahun ke tahun menunjukkan tren peningkatan, tahun 2014 sebesar 10% dan tahun 2016 sebesar 11%. Namun demikian perlu dilihat lebih detail peruntukan dana, karean total anggaran belanja kesehatan tersebut termasuk di dalamnya komponen belanja pegawai. Anggaran belanja di dinas kesehatan provinsi Aceh tahun 2014 menunjukkan angka 4% dan meningkat menjadi 6% pada tahun 2016. Peningkatan sebesar 2% ini belum terlihat besar karena dinas kesehatan sebagai koordinator kesehatan di wilayahnya seharusnya mempunyai anggaran belanja program kesehatan yang lebih besar dari program pelayanan perorangan di rumah sakit.
Walau cenderung meningkat, belanja kesehatan di kedua Provinsi masih termasuk gaji didalamnya. Hal ini ini juga sesuai dengan hasil analisis anggaran yang di hasilkan tim Seknas FITRA dan USAID Kinerja. Kecenderungan peningkatan rerata belanja kesehatan di kabupaten/ kota hanya tumbuh 0.3% per tahun untuk periode tahun 2008-2014 di 20 kabupaten/ kota kinerja (USAID (Kinerja), Seknas FItra, & The Asia Foundation, 2015).
Dana APBD kepulauan Kota Tidore meningkat dari tahun 2015 ke tahun 2016. Peningkatan dana APBD secara signifikan terjadi di RSUD dan urusan kesehatan. Peningkatan APBD di masing-masing bagian ini hampir mencapai 50% dari tahun 2015. Sedangkan APBD di dinas kesehatan kelihatannya tidak mengalami peningkatan yang cukup besar.
Tabel 11. Anggaran Belanja Kesehatan di OPD Kesehatan di Kota Tidore (Milyar)
| Dinas | 2014 | % | 2015 | % | 2016 | % |
| Dinas Kesehatan | 32.01 | 5% | 39.63 | 6% | 47.62 | 6% |
| Rumah Sakit | 33.92 | 5% | 42.48 | 6% | 73.19 | 9% |
| Dinas PPKB | 3.80 | 1% | 4.57 | 1% | 4.52 | 1% |
| Dinas Sosial | 7.55 | 1% | 8.59 | 1% | 10.33 | 1% |
| Total Kesehatan | 77.28 | 12% | 95.28 | 13% | 135.66 | 17% |
| Total APBD | 646.48 | 100% | 713.69 | 100% | 820.55 | 100% |
Sumber: DPKAD Kota Tidore, 2017
Alokasi belanja kesehatan di APBD di Kota Tidore juga mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir sejak tahun 2014 12% menjadi 17%. Peningkatan alokasi APBD terjadi pada hampir seluruh dinas yang terkait bidang kesehatan. Sedangkan dinas kesehatan, dan dinas sosial meningkat dari tahun ke tahun yang hampir mencapai 20%. Rumah sakit sendiri mengalami kenaikan dari tahun 2014 yaitu 5% menjadi 9% tahun 2016 yang menunjukkan kenaikannya hampir mencapai hampir 50%. Namun demikian porsi keseluruhan alokasi belanja kesehatan untuk program kesehatan di dinas kesehatan di Kota Tidore belum mencapai 10% total anggaran APBD. Hal ini menunjukkan anggaran program kesehatan belum menjadi program intervensi untuk menaikkan status kesehatan masyarakat.
Tabel 12. Pemetaan Dana JKN dari BPJS Kesehatan di Kota Tidore* (Jutaan)
| Sumber Dana | 2014 | 2015 | 2016 |
| Dana Kapitasi | 1.836 | N/A | N/A |
| Dana Non Kapitasi | N/A | N/A | N/A |
| Klaim INA-CBGs | 9.432 | 13.096 | 16.123 |
| Jumlah Dana JKN | N/A | N/A | N/A |
Sumber: Bappeda, RSUD, Dinkes Kota Tidore
Meskipun tidak sepenuhnya data tersaji dalam tabel terlihat memang pendapatan yang diperoleh dari dana JKN tidak menunjukkan angka yang besar atau pun peningkatan tren yang tinggi. Klaim INA CBGs pada tahun 2015 naik 39% dari tahun 2014 dan tahun 2016 turun 23% dari tahun 2015.
Pada proporsi sumber anggaran kesehatan di Kota Tidore memiliki beberapa bentuk alokasi sumber APBD. Alokasi anggaran terbesar berasal dari alokasi dana DAU yang pada tahun 2017 mencapai 65% (BPKAD Kota Tidore, 2017) dari total alokasi anggaran kesehatan di Kota Tidore. Sedangkan alokasi dana terbesar kedua adalah dana yang berasal dari JKN yang mencapai 23%, baik dari dana klaim untuk puskesmas dan INA CBG’s rumah sakit.
Berbeda dengan Kota Lhokseumawe, anggaran belanja untuk dinas-dinas terkait kesehatan tergambarkan sebagai berikut:
Tabel 13. Pemetaan Belanja Kesehatan di Perangkat Daerah di Kota Lhokseumawe (Milyar)
| Alokasi Dana APBD | 2014 | % | 2015 | % | 2016 | % |
| Dinas Kesehatan | 76.55 | 9% | 61.00 | 6% | 76.57 | 6% |
| Dinas PPKB | 4.98 | 1% | 5.85 | 1% | 5.29 | 0.4% |
| Total Kesehatan | 81.53 | 10% | 66.85 | 6% | 81.86 | 7% |
| Total APBK | 840.60 | 100% | 1,063.63 | 100% | 1,233.38 | 100% |
Sumber: BPKA Kota Lhokseumawe, 2017
Tabel di atas menunjukkan tren alokasi yang menurun untuk anggaran belanja kesehatan dari 10% tahun 2014 menjadi 6-7% di tahun 2016. Hal ini apabila dilihat lebih detail bahwa anggaran belanja di dinas kesehatan juga mengalami penuruna yang tajam dari 9% tahun 2014 menjadi 6% pada tahun 2017. Penuruna ini dikarenakan tidak naiknya besaran nominal angggaran meskipun besaran anggaran di APBD mengalami kenaikan.
Tabel 14. Pemetaan Dana JKN dari BPJS Kesehatan di Kota Lhokseumawe (Jutaan)
| Sumber Dana | 2014 | 2015 | 2016 |
| Dana Kapitasi | 10.000 | 14.346 | 13.346 |
| Dana Non Kapitasi | N/A | N/A | 968 |
| Claim INA-CBGs | N/A | N/A | N/A |
| Total Dana JKN | N/A | N/A | N/A |
Sumber: Dinkes dan Bappeda Kota Lhokseumwe
Banyaknya data yang tidak dapat dipublikasikan pada tabel di atas menjadi kendala dalam analisis data. Namun demikian pada dana kapitasi ada fluktuasi penerimaan dana. Karena dana kapitasi yang diterima sesuai jumlah peserta maka data di ats menunjukkan rerata peserta JKN di suatu daerah tidak sama antar tahunnya bahwa jumlah yang ditunjukkan mempunyai kecenderunagn naik turun sebesar 1-2%. Hal ini mengindikasikan peningkatan kepesertaan JKN di daerah belum terjadi. Pada tahun 2015-2016.
Peningkatan dana dari sumber APBN 5% ini tidak diimbangi oleh peningkatan dana kesehatan dari dana APBD yang mengalami kenaikan, alokasi dana kesehatan di Kota Tidore pada tahun 2014 sebesar 11,9% tahun 2014 dan tahun 2016 sebesar 16,5%, sedangkan untuk Kota Lhokseumawe pada tahun 2-14 mengalokasikan dana kesehatan 10% tahun 2014 dan tahun 2016 sebesar 7%. Dana JKN yang masuk ke daerah belum memberikan motivasi kepada daerah untuk menambah dana kesehatan melalui program-program kesehatan. Alokasi dana kesehatan ke dinas kesehatan sebagai koordinator kesehatan di wilayah kabupaten/ kota kurang lebih sebesar 6% pada tahun 2016 untuk Kota Tidore maupun Kota Lhokseumawe. Padahal anggaran tersebut masih termasuk komponen belanja pegawai. Kecilnya anggaran untuk dinas kesehatan yang menjadi pelaksana program-program pembangunan kesehatan untuk program promotif dan preventif menggambarkan bahwa Pemerintah Daerah masih memprioritaskan progam pelayanan kesehatan perorangan.















