The 2nd Indonesia Health Economics Association Congress
“Health Financing and Economics of Nutrition”
Jakarta, 7-10 2015
Pleno 1
Reportase Hari Pertama InaHEA 2015:
Sesi Pembukaan
Reporter: Madelina A
Marak dan meriah pertemuan kedua Kongres Ekonomi Kesehatan Indonesia yang tahun ini diselenggarakan di Jakarta. Sejak pagi ballroom hotel sudah dipenuhi oleh peserta dan meja-meja sponsor yang mendukung kegiatan ini. Menurut sumber yang diperoleh, peserta berasal berbagai instansi kesehatan di daerah, intansi pemerintah non kesehatan, universitas, penelitia, badan-badan, organisasi masyarakat baik dalam dan luar negeri.
Isu ekonomi kesehatan ternyata menjadi daya tarik yang besar untuk mendatangkan dan mengumpulkan baik peserta yang berasal dari kesehatan maupun yang bukan kesehatan. apalagi tema yang diangkat oleh InaHEA tahun ini mengenai Health Financing and Economics of Nutrition. Paradigma yang ingin dibawa dalam pertemua ini adalah mengenai sistem pembiayaan kesehatan dan sosial determinan yang mempengaruhi target-target kesehatan dan bagaimana pembiayaannya.
Pengantar mengenai kegiatan ini disampaikan langsung oleh President InaHEA, Hasbullah Thabrany. Pada sesi ini Hasbullah mengantarkan peserta kepada masalah dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjalankan dan menargetkan pencapaian JKN dalam lima tahun ini. Menarik, Hasbullah juga menampilkan data untuk membandingkan keadaan Indonesia saat ini dengan beberapa negara tetangga di kawasan Asia.
Di akhir pengantar, ia kembali menceritakan sejarah adanya asosiasi ekonomi kesehatan Indonesia atau InaHEA ini. InaHEA baru berumur dua tahun dibanding dengan International Health Economic Association (IHEA) yang sudah berdiri lama. Namun, sesungguhnya InaHEA telah memiliki embrionya sejak tahun 80-an. Pada saat itu, ekonomi kesehatan mulai diperhatikan dan memiliki peminatnya.
Pada kongres kedua ini, InaHEA membuat buku proceeding paper-paper baik yang dipresentasikan oral maupun poster. Hal ini sejalan dengan tujuan InaHEA yang konsen untuk memberikan kontribusi bagi pelaksanaan sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia.
Harapannya, melalui kegiatan ini kita dapat saling berdiskusi, membagi pengalaman, dan memberikan inovasi bagi pengembangan dan monitoring mengenai kebijakan dan pelaksanaan pembiayan kesehatan di Indonesia. Seiring dengan tema kongres tahun ini maka kita juga dapat lebih memperhatikan aspek gizi dan kesehatan.
Berikutnya, sambutan disampaikan oleh James Gilling. James merupakan perwakilan dari Minister of Development and Cooperation Australia DFAT. Singkat sekali sambutan dari James, dalam sambutannya ia menceritakan mengenai dirinya yang menjadi ekonom. Akhirnya sekarang juga mengerti dan mendalami mengenai ekonomi dalam bidang kesehatan, sesuatu yang tidak mudah katanya.
Prof. Nila Moeloek sebagai keynote speaker pada kongres kedua InaHEA ini juga bertugas sebagai pembuka kegiatan ini, mewakili Presiden Republik Indonesia. Kongres ini mendapat apresiasi yang tinggi dari negara karena strategis untuk membahas sistem jaminan dan pembiayaan kesehatan negara kita.
Kebijakan mengenai jaminan kesehatan saat ini sejalan dengan Nawacita 5 dan asas kegotongroyongan negara kita. Pembangunan jangka panjang Indonesia bergeser dari kuratif ke preventif. Dimana paradigma sehat akan kita bangun dalam kesehatan dan pembangunan, pembangunan gedung sehat misalnya.
Paparan oleh Nila manambah fenomena kesehatan yang ada di Indonesia, bagaimana mengenai target jaminan kesehatan, MDGs, kesehatan perempuan, hingga masalah gizi generasi bangsa. Nila menyatakan Indonesia sangat unik dan determinan sosial begitu banyak yang dapat mempengaruhi sistem dan kebijakan kesehatan yang kita bangun.
Di akhir penjelasannya, Nila menekankan kemanfaatan dan kontribusi dari kongres InaHEA ini. Bagaimana kita mampu bersama-sama membuktikan bahwa investasi kesehatan sedini mungkin sangat bermanfaat bagi kemajuan bangsa?. Begitu juga dengan nilai kemitraan, tidak ada istilah untuk mencapai derajat dan pemerataan kesehatan oleh golongan tertentu, tetapi bersama-sama. Hal ini tercermin dari pendekatan team based yang dibangun untuk kesehatan daerah terpencil melalui program Nusantara Sehat.
Materi Presentasi:
Pleno 2
Reportase Hari Pertama InaHEA 2015:
Sesi Pleno 2 : UHC – Lesson from Asia’s Countries
Reporter: Dhini Rahayu Ningrum
Moderator: Hasbullah Thabrany
Salvador Capello (WHO) melalui materi dengan judul The States of Nutrition in the World : Lessons for Asian Countries menyampaikan peran food security terhadap outcome kesehatan maupun ekonomi. Hal menarik muncul saat beliau menyampaikan sebuah daur tentang bagaimana dari titik food production ternyata kembali ke food production lagi. Daur tersebut menunjukan bahwa ketersediaan pangan erat kaitannya dengan outcome kesehatan berupa pencegahan malnutrisi pada anak (wasting, stunting dan lain-lain). Hal ini berlanjut kepada kualitas anak dalam pendidikan (mencegah Drop Out sekolah) hingga akhirnya juga menentukan kemampuan SDM suatu negara untuk produktif membangun negara, salah satunya food production. Secara global, dunia memiliki tiga pertanyaan besar terkait ketersediaan pangan. Apakah cukup jumlah ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan manusia? Apakah semua orang sudah dapat mengakses makanan? Apakah masyarakat miskin juga memiliki akses untuk memenuhi kebutuhan pangan?
Sesi Plennary II ini juga menghadirkan Ajay Tandon (World Bank) yang menyampaikan 5 model pembiayaan kesehatan, termasuk yang sedang dilakukan Indonesia saat ini melalui JKN. Melalui presentasinya dengan judul Global Health Care Financing Trends: Lessons for Asian Countries memaparkan posisi Indonesia untuk tingkat out of pocket (OOP) masih di 45% sedangkan rekomendasi OECD adalah. Implementasi UHC/JKN diharapkan dapat menurunkan tingkat OOP di suatu negara dan memberikan manfaat lebih pada berbagai program kesehatan masyarakat. Program kesehatan masyarakat menjadi penting untuk ditingkatkan sebagai upaya promotif dan preventif yang dapat mengurangi pembiayaan kuratif suatu negara. Hal ini sesuai dengan framework indikator UHC suatu negara yang ditetapkan oleh WHO dan World Bank yang memuat Family Planning Program atau Keluarga Berencana (KB) di dalamnya. Ajay juga menekankan UHC bukan hanya program bagi-bagi kartu melainkan juga bagaimana mengatur pengelolaan iurannya. Mulai dari pooling dana hingga klaim di fasilitas kesehatan.
Viktoria Rabovskaja (GIZ) menyampaikan materinya yaitu Evolution of German Universal Health Coverage: Should Developing Countries Follow. Poin pertama yang disampaikan Viktoria yaitu bahwa Jerman membuat sebuah SHI yang independen untuk meminimalkan aspek politik di dalamnya. Menarik untuk melihat yang dilakukan Jerman selama ini yaitu proses decision making yang terdiri dari tiga komponen. Salah satu komponen yang menarik yaitu pada joint federal committee yang terdiri dari memilki 15 anggota dari tiga unsur. Meliputi lima perwakilan praktisi kesehatan (berbagai kategori profesi), lima perwakilan Social Health Insurance (SHI), dan lima perwakilan pasien.
Hal ini membuat beliau menyampaikan pendapatnya tentang risiko JKN yang justru meningkatkan inequity yang terjadi di Indonesia. Bahwa sangat mungkin daerah di Indonesia yang rendah pemanfaatan dana JKN-nya akan mensubsidi daerah lainnya yang tinggi pemanfaatannya. Poin terakhir yang juga menarik disampaikan adalah tentang lima dimensi dari UHC yaitu spider web. Ini merupakan peralihan dari skema magic cube yang selama ini digunakan sebagai skema ideal UHC.
Materi Presentasi:
SP Catelo, Final Paper, Int'l Congress on Health and Nutrition Econ
Pleno 3
Reportase Hari Pertama InaHEA 2015:
Sesi Pleno : Jaminan Kesehatan Daerah Diseminasi
Reporter: Madelina A.
Pleno siang ini dibuka oleh Prof. Ascobat Ghani, MPH, DrPh yang sedikit menceritakan pengalaman dan kegiatan penelitian atau pendampingan mengenai sistem pembiayaan daerah bagi dinas-dinas kesehatan di Indonesia. Dari foto-foto yang tayangkan terlihat sekali menunjukkan Prof. Ascobat sangat menikmati proses dalam kontribusinya untuk membangun sistem kesehatan dan jaminan di Indonesia sejak puluhan tahun silam.
Pleno siang ini khusus diisi oleh tim penelitian jamkesda. Peserta yang menghadiri pun adalah daerah yang pernah menjadi tempat penelitian, dinas kesehatan dari berbagai wilayah di Indonesia. Penelitian ini sudah pernah dipublikasikan dan dalam kesempatan ini kembali dideseminasikan kepada para stakeholder di daerah yang juga hadir siang ini.
Prof. David, memjelaskan mengenai hasil penelitian Jamkesda ini. Penelitian ini menarik karena kemampuannya menggambarkan mengenai Jamkesda, pelaksanaan, aspek kebijakannya, hingga bagaimana Jamkesda ke depannya. Meski penelitian ini telah berakhir di tahun 2013 dan kini sistem jaminan kesehatan sudah menggunakan skema JKN tetapi tidak dapat dipungkiri Jamkesda masih berpengaruh.
Prof. David secara runtut menceritakan sejarah jaminan kesehatan di Indonesia dan macam-macamnya. Kemudian, Prof. David melanjutkan dengan gambaran lengkap mengenai Jamkesda antara lain awalnya, prosesnya, dan capaian Jamkesda. Dijelaskan juga mengenai keuntungan, tantangan, hingga pembelajaran yang dapat diambil dari Jamkesda.
Pertanyaan yang menarik adalah apakah pada skema JKN ini Jamkesda akan serta merta ditinggalkan? Apa yang bisa diramalkan mengenai JKN berdasarkan pengalaman dan pembelajaran dari pelaksanaan Jamkesda? Hal ini yang kemudian dibahas oleh dua orang pembahas dari akademisi yang diwakili oleh Prof. Ascobat dan dari dinas kesehatan oleh dr. Donald.
Tidak jauh berbeda, pada sesi diskusi umum pun pertanyaan-pertanyaan serupa di atas sering kali dilontarkan oleh penanya. Menariknya, perwakilan dinas-dinas kesehatan yang hadir pada forum ini antusias memberikan pendapat dan masukan. Seperti, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara. Dalam tanggapan dan pemaparan masalah praktis di daerahnya, Kadinkes provinsi Kalimantan Utara menyampaikan keadaan demografi dan geografi wilayah Kalimatan Utara saat ini. Hal ini merupakan kasus tersendiri bagi pelaksanaan jaminan kesehatan daerah di sana. Tanggapan berikutnya datang juga dari perwakilan media dan peneliti.
Materi presentasi paparan penelitian ini.