Reportase PGF 2017
Sesi Simposium 2
Hari Pertama 20 Juli 2017
Thailand
Pembicara 1
Ass. Professor Sara Bamrungsri, berasal dari departemen Biologi, Thailand. Sara memulai dengan menunjukkan slide awal dengan topik “Ecosystem Services and Health”. Alam memiliki empat peran yang tak bisa lepas dari kehidupan manusia seperti menyediakan kebutuhan manusia, membentuk kebutuhan - kebutuhan tersebut, membangun sebuah budaya, dan mendukung proses kebutuhan.
Tentunya penyediaan layanan kesehatan menjadi bagian penting dalam sistem kesehatan. Seperti hewan dan tumbuhan yang telah memberi kontribusi pada sebagaian besar produksi obat-obatan dan bahan lain untuk keperluan di laboratorium kesehatan. Sara menampilkan video tentang kontribusi hewan dalam kehidupan manusia adalah hewan zinocotide yang berada di dasar laut ternyata mampu memberikan efek lebih dari 100x morfin,
Sara menegaskan bahwa sinergitas ekosistem sangat menentukan kehidupan, beberapa contoh outbreak yang dijelaskan terjadi akibat situasi lingkungan. Seperti penularan virus. Hal ini sangat berkaitan dengan kondisi hutan yang dimiliki suatu negara. Jika negara tersebut memiliki kerusakan hutan yang makin buruk, maka risiko untuk penyebaran penyakit semakin tinggi. Harapan Sara Bamrungsri terletak pada pentingnya sebuah regulasi untuk tetap memelihara hutan. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan antara lain dengan melakukan proteksi wilayah pegunungan, mengembangkan hutan kota, dan penanaman pohon karet yang juga bisa berfungsi sebagai hutan dan penopang ekonomi.
Pembicara 2
Prof Laksono Trisnantoro membawakan topik ‘Health Care System Preparedness’. Dalam paparannya, Laksono menekankan pentingnya posisi pemerintah memegang peranan penting dalam pelaksanaan sistem kesehatan. Pendekatan health sector bisa melalui teori Blum dan SDH. Namun pertanyaan sesungguhnya adalah, siapakah pemain dari sektor kesehatan? Akan ada banyak pemain, namun menurutnya, pemerintah adalah pucuk pimpinan atau pemain kunci.
Laksono melanjutkan dengan menceritakan situasi yang terjadi di Indonesia, indikator kesehatan pemerintah tidak langsung memuat indikator SDG, tetapi pemerintah memasukkannya ke dalam indikator di tiap kementrian. Dimana akan kembali ditambahkan dengan kebutuhan daerah. Salah satu contoh yang ditunjukkan berdasarkan implementasi di Kalimantan dan Yogyakarta.
Laksono juga menjelaskan bahwa tidak hanya perencanaan yang menjadi pokok perhatian tapi implementasi harus dilakukan. Dari hasil implementasi model ini, perubahan yang terjadi adalah munculnya kebutuhan keahlian yang penting dimiliki oleh pemerintah lokal. Sehingga universitas Gadjah Mada berusaha untuk membantu memfasilitasi berbagai daerah di tanah air untuk perencanaan di daerah. Bentuk fasilitasi ini diwujudkan dalam bentuk Community of Practice (COP) yang hingga saat ini masih rutin dilaksanakan oleh UGM
Selama sesi diskusi dilaksanakan, berbagai pertanyaan yang datang dari peserta maupun para professor yang menunjukkan betapa antusias mereka dalam sesi ini.
Oleh: Faisal Mansur (peneliti PKMK FK UGM)