Reportase iHEA 2017
Hari 3, 10 Juli 2017
Sesi 1
Sesi: Setting Priorities for Universal Health Care in Low and Middle Income Countries: Findings From the Disease Control Priorities Project
Ruangan: SCI-109
Sesi ini menganalisis sejumlah pendekatan dan hasil penelitian tentang prioritisasi layanan kesehatan dalam konteks negara berkembang, dan membahas proyek Disease Control Priorities (DCP) yang dilakukan untuk mengevaluasi sistem kesehatan dari sisi ekonomi kesehatan. Sejumlah presenterhadir dalam sesi ini antara lain Prof. Anne Mills sebagai chair, David Watkins dari University of Washington, Susan Horton dari CDC, dan Helen Saxenian dari RTI International.
Berdasarkan telaah pustaka sistematik yang dilakukan oleh para presenter, terdapat sejumlah intervensi yang efektif dan efisien dari segi pembiayaan, misalnya imunisasi anak dan layanan kesehatan dasar untuk populasi tidak mampu. Namun, pendekatan riset yang dilakukan atau metodologi yang dilakukan juga menentukan bagaimana temuan seputar intervensi dapat diinterpretasi. Misalnya, pendekatan cost effectiveness analysis menggarisbawahi sejumlah intervensi yang cost effective, misalnya yang berbiaya murah tetapi dapat menurunkan tingkat kematian. Tetapi pendekatan lain, seperti cost benefit analysis, lebih dapat menangkap dampak suatu intervensi terhadap aspek yang lebih luas. Misalnya dari telaah pustaka, intervensi meningkatkan pajak tembakau tidak hanya mengurangi angka penyakit terkait kebiasaan merokok, tetapi ternyata juga efektif dalam mengurangi pengeluaran kesehatan dan biaya lain di populasi miskin. Artinya, intervensi pajak tembakau lebih selektif dalam memproteksi populasi miskin dari biaya katastrofik akibat merokok.
Poin menarik disampaikan oleh Helen Saxenian dengan pendekatan paket kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan kondisi-kondisi atau masalah kesehatan tertentu, termasuk polusi udara, rokok tembakau, obesitas, dan lainnya. Paparan ini berdasarkan telaah pustaka yang kemudian dikategorisasi menjadi paket kebijakan. Misalnya, masalah polusi udara yang merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara-negara berkembang perlu diintervensi melalui beberapa pendekatan kebijakan; (1) berdasarkan penyebaran epidemiologi, (2) pendekatan ekonomi (seperti subsidi biaya gas masak yang lebih ramah udara, serta (3) kemampuan fiskal negara perlu dikembangkan. Beberapa paket kebijakan ini masih perlu dievaluasi, terutama bagaimana negara berkembang telah mengimplementasikan berbagai paket kebijakan ini dan sejauh mana dampak kebijakan tersebut dalam menjawab tantangan kesehatan. Informasi lebih lengkap tentang proyek DCP dan hasil yang dapat digunakan untuk implementasi, dapat mengakses link DCP3.
-TM-
Sesi 2
Sesi: Insurance Enrollment
Oleh: Firdaus Hafidz
Boston, 11/7/2017. Pada hari terakhir conference, kami sepakat bahwa sesi insurance enrollment merupakan isu krusial yang perlu diatasi di Indonesia terutama peserta informal. Penelitian yang disajikan secara umum bertujuan untuk mengatasi keberlanjutan asuransi kesehatan nasional ketika terdapat skema yang bersifat sukarela dalam pembayaran premi. Sebagai informasi, sesi ini sangat membanggakan karena dua peserta mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Amerika presentasi. Berikut adalah daftar judul dan presenter:
- Health Insurance: Enrollment, Sustainability And Health Outcomes. Evidence From A Field Experiment In Ghana. Oleh: Armand Sim, Cornell University, United States
- Do (Non-Standard) Risk And Time Preferences Explain Health Insurance Enrollment? Oleh: Kim van Wilgenburg, Erasmus University Rotterdam, Netherlands
- Determinants Of Health Insurance Enrolment In Ghana: Evidence From Two National Households Surveys. Oleh:Paola Salari, Swiss Tropical and Public Health, Switzerland
- Variations In The Manifestation Of Underinsurance by Health Status. Oleh: Ann Holmes, Indiana University-Purdue University Indianapolis, United States
- Impact Assessment Of Health Insurance Expansion On Medical Care Utilization: An Analysis Of Indonesian City Panel Data 2003-2015. Oleh: Dinar Kharisma, Brandeis University, United States.
Hasil penelitian di Filipina, dengan menggunakan metode prospect theory for risk, dan quasi -hyperbolic discounting model, menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kecenderungan untuk mengambil risiko. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi orang untuk mendaftarkan diri kepada asuransi kesehatan antara lain: status menikah dan memiliki anak, orang kaya dan memiliki pendidikan tinggi, usia tidak muda, dan jenis pekerjaan dimana masyarakat yang bekerja di bidang pertanian cenderung lebih rendah mendaftar dibandingkan dengan tidak bekerja. Penelitian di Indonesia dengan menggunakan data Susenas menunjukkan bahwa meskipun cakupan asuransi kesehatan di luar Jawa lebih tinggi, namun utilisasi lebih rendah dibandingkan di Jawa. Penggunaan layanan rawat jalan terjadi peningkatan, gap antara orang miskin dan kaya mengecil. Sebaliknya utilisasi rawat inap untuk orang miskin tidak memilki efek, sehingga menyebabkan gap yang lebar antara orang miskin dan kaya. Hal ini dimungkinkan karena barier fisik dan finansial untuk mengakses rumah sakit. Dampak jangka pendek dan panjang atas asuransi kesehatna juga menunjukkan hal yang unik. Di Ghana, hasil experimental menunjukkan, efek subsidi, pengetahuan terhadap ausransi, utlisasi, dan status kesehatan hanya berpengaruh di awal, dan kemudian terjadi penurunan sering waktu. Ada kecenderungan orang tidak perduli dengan status kesehatannya setelah ditanggung oleh asuransi kesehatan, dan lupa terhadap pengetahuan atas asuransi kesehatan. Subsidi masih merupakan intervensi yang paling efektif.
Lesson Learnt untuk Indonesia
Peningkatan cakupan jaminan kesehatan di luar Jawa tidak menjamin akses masyarakat ke fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, perlu dipastikan bahwa target populasi subsidi tepat sasaran, dan memiliki pengetahuan yang tepat untuk menggunakannya. Di sisi lain, ketersediaan dan kualitas fasilitas kesehatan dimungkinkan masih menjadi kendala utama untuk masyarakat mengakses layanan kesehatan. Di sisi lain, rendahnya cakupan kepesertaan di Jawa dapat menyebabkan tingginya out of pocket masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan cakupan kepesertaan.
Peningkatan akses masyarakat miskin kepada layanan kesehatan rawat inap bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain memperbaiki sistem rujukan, meyediakan rumah singgah, kompensasi dan perbaikan sistem transportasi, memastikan benefit package sehingga masyarakat miskin tidak perlu membayar tambahan, dan kesiapan fasilitas kesehatan itu sendiri. Tapi memang perlu diakui bahwa peningkatan utilisasi tidak bisa diartikan secara langsung meningkatkan status kesehatan.
Tantangan terbesar Indonesia sebagai negara agraris adalah ternyata petani memiliki kecenderungan untuk tidak memilih mendaftarkan diri dalam asuransi kesehatan. Kita tidak bisa menyimpulkan bahwa hal ini buruk, tapi mereka memilih berinvestasi di bidang lain yang lebih bernilai. Oleh karena itu, status pekerjaan menjadi petani bisa menjadi salah satu indikator sebagai penerima bantuan iuran. Sedangkan anak muda yang lebih cenderung mengambil risiko, pendekatan edukasi sesuai konteks secara reguler perlu dilakukan.
Sesi 3 : Clossing Plenary
Oleh: Giovanni van Empel
Daron Acemoglu, Profesor Ekonomi dari MIT memaparkan hasil penelitiannya menggunakan data berbagai negara dan melihat puluhan tahun efek demokrasi terhadap pertumbuhan dan kesehatan. Penelitian ini yang kemudian dituliskan menjadi buku populer "Mengapa Negara Gagal?" yang kemudian sempat menjadi best seller. Penelitian Daron melihat bahwa negara - negara2 berkmbang yang mengalami demokratisasi memiliki tren mortalitas anak lebih baik. Desain studinya melihat demokrasi sebagai kumpulan dari indikator (index) yang diukur dari sebagai contoh : apakah pemerintahannya terbuka, apakah institusinya adaptif dalam merespon tantangan, dan sebagainya. Hasil studinya melihat bahwa negara yang demokratis memiliki juga pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Menurutnya ada pengecualian seperti Singapura yang relatif tertutup namun bisa maju, namun itu adalah kasus khusus dan tidak menunjukkan tren mayoritas dari hasil studinya. Korea Selatan dan Korea Utara misalnya adalah contoh terbaik bagaimana efek demokrasi bisa membawa kedua negara tersebut ke arah yang berlawanan. Setelah melalui berbagai analisis sensitivitas, hasilnya tidak menunjukkan perbedaan.
Daron juga menekankan proses demokratisasi dimana suatu institusi adaptif dalam melakukan perubahan sangat penting untuk kemajuan negara tesebut. Kualitas demokrasi dengan dapat ditingkatkan dengan memulai proses aspirasi politik dan kebijakan dari level komunitas.