BPJS Kesehatan Goes to School Beri Edukasi Pentingnya Pola Hidup Sehat

BPJS Kesehatan Goes to School Beri Edukasi Pentingnya Pola Hidup Sehat

BANDUNG - Mengoptimalkan potensi bonus demografi melalui sektor kesehatan, BPJS Kesehatan menggelar kegiatan “BPJS Kesehatan Goes to School” yang rencananya dilaksanakan serentak di 13 wilayah kerja Divisi Regional pada 21 Juli 2016 mendatang.

Kegiatan tersebut ditargetkan kepada sejumlah pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebab periode usia remaja tersebut merupakan masa yang paling rentan dan memiliki risiko yang cukup besar terpengaruh lingkungannya.

Tujuannya untuk mengedukasi anak sejak dini tentang pentingnya pola hidup sehat dan menghindari rokok.

Promosi pola hidup sehat kepada generasi muda harus dilakukan sejak dini, sehingga diharapkan para pelajar SMP dapat terhindar dari risiko tersebut apalagi usia 10-19 tahun termasuk kategori usia terbanyak dari total jumlah penduduk Indonesia.

 “Tahun 2015, sebanyak Rp 16.9 triliun atau 29.67% dana jaminan kesehatan terserap untuk membiayai penyakit katastropik seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kanker, stroke, dan sebagainya," kata Direktur Utama Fachmi Idris dalam acaraKick Off BPJS Kesehatan Goes to School di Soreang, Kabupaten Bandung, Selasa (19/07) 

Penyakit katastropik cenderung terjadi karena faktor kebiasaan perilaku hidup tidak sehat, seperti merokok, makanan tidak sehat, kurang olahraga, dan sebagainya.

"Kalau dibiarkan, hal ini dapat membawa dampat kurang baik bagi kualitas kesehatan penduduk Indonesia maupun keberlangsungan program JKN-KIS,” kata Fachmi.

Selain edukasi tentang pola hidup sehat dan bahaya merokok, kegiatan BPJS Kesehatan Goes to School tersebut juga diharapkan dapat membentuk serta meningkatkan rasa kepedulian, kerelaan membantu sesama, dan gotong royong dalam diri para pelajar, terutama dalam hal pelaksanaan program jaminan kesehatan di Indonesia.

Jika ada satu orang peserta JKN-KIS melakukan operasi jantung dengan biaya Rp 160 juta rupiah, dengan iuran rata-rata Rp 51.000,- maka diperlukan sebanyak 3.737 orang peserta JKN-KIS yang sehat dan membayar iuran.

"Kalau hanya peserta yang sakit saja yang membayar iuran dan tidak membayar iuran lagi ketika sudah sehat, dari mana kita bisa membayar biaya pelayanan kesehatan peserta lainnya yang membutuhkan?” ujar Fachmi.

Fahmi menyebut peran generasi muda dalam mengawal keberlangsungan program JKN-KIS di Indonesia sangatlah besar.

"Diharapkan dengan menanamkan rasa kepedulian dan gotong royong dalam jiwa pelajar sejak dini, generasi muda dapat membantu mendukung program pemerintah mewujudkan Indonesia yang lebih sehat," katanya.

TRIBUNNEWS.COM

Berita Tekait

Policy Paper