BPJS Kesehatan Ajak Pelajar Tanamkan Pola Hidup Sehat Sejak Dini

BPJS Goes to School

Kediri - Berdasarkan proyeksi 2010-2035, bonus demografi (usia angkatan kerja) di Indonesia sudah dimulai sejak 2012. Meningkatnya bonus demografi di Indonesia harus diiringi dengan peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan agar dapat terserap dalam pasar kerja yang kompeten.

Untuk itu, dalam rangka mengoptimalkan potensi bonus demografi melalui sektor kesehatan, BPJS Kesehatan menggelar kegiatan “BPJS Kesehatan Goes to School” yang dilaksanakan serentak di 13 wilayah kerja Divisi Regional pada 21 Juli 2016.

Kegiatan tersebut ditargetkan kepada sejumlah pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayah tersebut, sebab periode usia remaja tersebut merupakan masa yang paling rentan dan memiliki risiko yang cukup besar terpengaruh lingkungannya. Tujuannya untuk mengedukasi anak sejak dini tentang pentingnya pola hidup sehat dan menghindari rokok.

Promosi pola hidup sehat kepada generasi muda harus dilakukan sejak dini, sehingga diharapkan para pelajar SMP dapat terhindar dari risiko tersebut. Terlebih, usia 10-19 tahun termasuk kategori usia terbanyak dari total jumlah penduduk Indonesia.
 
“Tahun 2015, sebanyak Rp 16.9 triliun atau 29.67% dana jaminan kesehatan terserap untuk membiayai penyakit katastropik seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kanker, stroke, dan sebagainya. Penyakit katastropik cenderung terjadi karena faktor kebiasaan perilaku hidup tidak sehat, seperti merokok, makanan tidak sehat, kurang olahraga, dan sebagainya. Kalau dibiarkan, hal ini dapat membawa dampak kurang baik bagi kualitas kesehatan penduduk Indonesia maupun keberlangsungan program JKN-KIS,” kata dr. Mohammad Edison, M.M., AAK dalam acara BPJS Kesehatan Goes to School, Kamis (21/7/2016) di Kediri.
 
Selain edukasi tentang pola hidup sehat dan bahaya merokok, kegiatan BPJS Kesehatan Goes to School tersebut juga diharapkan dapat membentuk serta meningkatkan rasa kepedulian, kerelaan membantu sesama, dan gotong royong dalam diri para pelajar, terutama dalam hal pelaksanaan program jaminan kesehatan di Indonesia.

“Mari kita bayangkan. Jika ada satu orang peserta JKN-KIS melakukan operasi jantung dengan biaya Rp 160 juta rupiah, dengan iuran rata-rata Rp 51.000,- maka diperlukan sebanyak 3.737 orang peserta JKN-KIS yang sehat dan membayar iuran. Kalau hanya peserta yang sakit saja yang membayar iuran dan tidak membayar iuran lagi ketika sudah sehat, dari mana kita bisa membayar biaya pelayanan kesehatan peserta lainnya yang membutuhkan?” ujar Edison.
 
Oleh karena itu, peran generasi muda dalam mengawal keberlangsungan program JKN-KIS di Indonesia sangatlah besar. Diharapkan dengan menanamkan rasa kepedulian dan gotong royong dalam jiwa pelajar sejak dini, generasi muda dapat membantu mendukung program pemerintah mewujudkan Indonesia yang lebih sehat.‎ (nng/ted)

sumber: (beritajatim.com)

Berita Tekait

Policy Paper