G20: Building Global Health System Resilience

Lombok, CNN Indonesia -- Indonesia sebagai presidensi G20 mengadakan acara "The 2nd Health Working Group Meeting" dengan tema "Building Global Health System Resilience." Acara ini berlangsung mulai Senin (6/6) hingga Rabu (8/6).

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan sebanyak tiga isu dibahas dalam pertemuan ini, yakni terkait dana untuk pencegahan pandemi, mekanisme penggunaan dana tersebut, dan isu pembukaan data di lab dunia untuk berbagi patogen yang dinilai dapat berkembang menjadi pandemi.

"Tiga hal yang kami mau capai di Health Working Group II meeting hari ini adalah yang pertama kami mau memformalkan pembentukan pandemic preparedness fund. Jadi kalau ada pandemi lagi nanti ke depannya, itu harus ada cadangan uang," ujar Budi dalam press briefing di sela rangkaian acara tersebut, Senin (6/6).

"Kedua yang kita mau capai adalah begitu fund ini sudah terbentuk, kita harus menemukan cara bagaimana uang ini bisa dipakai untuk mengakses istilahnya emergency health countermeasures, alat-alat kesehatan atau objek-objek kesehatan yang memang dibutuhkan pada saat pandemi," kata Budi.

"Yang ketiga, kita mau memastikan ada agreement agar semua lab-lab di dunia bisa sharing data patogen. Bisa sharing data virus, bakteri, atau parasit, nanti kalau ada pandemi berikutnya," tutur Budi lagi.

Ketiga agenda itu, menurut juru bicara G20 dalam sektor kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, merupakan bagian dari upaya membentuk sistem ketahanan kesehatan global.

"Jadi HWG II itu fokusnya pada building ketahanan kesehatan global," ujar Nadia pada Senin (6/6).

Berkaitan dengan dana untuk mengantisipasi pandemi, Budi menerangkan pihak G20 telah menyepakati pembentukan Dana Perantara Keuangan (Financial Intermediary Fund/FIF).

"Bersama, kami telah setuju untuk membentuk Dana Perantara Keuangan (Financial Intermediary Fund/FIF) melalui gugus tugas bidang keuangan dan kesehatan G20. Saya bersyukur banyak negara telah berkomitmen untuk menjanjikan dana," kata Budi.

Namun, yang masih menjadi perdebatan ialah bagaimana uang tersebut dikelola.

"Kalau udah ada uang, kemudian kita bicara siapa yang bisa pakai, itu pasti akan alot. Di rumah tangga aja gitu kan, kalau suaminya punya uang, siapa boleh pakai, istrinya dapat berapa, anaknya dapat berapa, pasti alot, apalagi ini sekarang [dananya untuk] satu dunia," ujarnya.

"Nah sekarang kita harus memikirkan bagaimana tata kelolanya agar uang ini bisa dipakai," lanjut Budi.

Sementara itu, terkait pembukaan data patogen, tak semua data akan dibagikan.

"Kalau isu ketiga, bagaimana kita ingin sharing data dan information, tidak semua kita bagikan ya, tetapi lebih kepada penyakit-penyakit yang kemungkinan menimbulkan pandemi. Dibagikan analisisnya, semua negara bisa mengakses dan bisa memberikan analisis dari berbagai sisi," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI Kunta Wibawa Dasa Nugraha dalam press briefing pada Selasa (7/6).

Selain itu, Kunta menuturkan platform GISAID dinilai paling pas untuk menjadi wadah data patogen tersebut.

"Intinya, kita membentuk sesuatu yang baru itu takes time. Dan kita sudah melihat seluruh platform yang mempunyai job yang sama dengan GISAID. Dan waktu kita lihat sebenarnya ada perbedaan-perbedaan, GISAID itu bukan sampel yang kita kirim, tapi analisisnya," tutur Kunta.

"Jadi negara-negara melakukan analisis dari sampel itu kemudian hasilnya disharing ke GISAID. Ada juga yang ngirim sampel. Jadi dari berbagai platform tadi, GISAID yang paling pas. Tapi kita tidak mentah-mentah mengambil GISAID, makanya kita ngambilnya GISAID plus," ujarnya lagi.

Sumber:  artikel CNN Indonesia "Tiga Pembahasan Utama di Forum Kesehatan G20 di Lombok" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220607160819-106-805941/tiga-pembahasan-utama-di-forum-kesehatan-g20-di-lombok.

Berita Tekait

Policy Paper